Melirik Omset Bisnis Kotoran Sapi

Melirik Omset Bisnis Kotoran Sapi

40 Kg Kotoran Sapi Rp 20 Ribu, 20 Liter Urine Rp 6 Ribu

TANJUNG SARI – Peternak di Kecamatan Tanjungsari bisa melihat dan memanfaatkan peluang dengan baik. Penghasilannya bukan hanya memanfaatkan jual beli sapi semata. Kotorannya pun bisa menghasilkan hingga Rp 15 juta per tahunnya. Jika penasaran dan tergiur dengan omset yang dijanjikan dari beternak. Maka harus tahu betul teknik perawatan hingga pangsa pasar yang bakal menampung kotoran dan urin untuk pupuk kompos tersebut.Peternakan Penyelamat Sapi Produktif (PPSP) adalah salah satu komunitas yang fokus dalam pemanfaatan kotoran sapi tersebut, hingga saat ini sekitar 121 ekor sapi dalam satu kandang dimanfaatkan kotoran dan urinnya sebagai pupuk yang berkualitas.  Ketua PPSP Sumardi mengatakan jika sapi-sapi itu adalah milik warga sekitar yang ingin berpartisipasi didalam peternakan itu. \"Total seluruhnya 121 ekor sapi milik 20 orang, satu orang mempunyai 5-10 ekor sapi,\" papar dia saat ditemui Radar Lamsel di kandang ternak sapi di Desa Purwodadi Dalam, Kecamtan Tanjung Sari, Rabu (21/8). Dia berpendapat jika kotoran kering dan urine sapi dapat menjadi pupuk yang berkualitas bagi tumbuhan. \"Satu karung kotoran sapi kami hargai 20 ribu yang beratnya 40 kilogram, dan urine 20 liternya 6 enam ribu, pemesan biasanya perusahaan perkebunan yang ada di Way Kanan, Lampung Timur serta daerah lainnya, \" ujar dia. Sumardi juga mengatakan jika peternakan milik warga itu sempat menjuarai peternakan nasional yang diadakan oleh dinas peternakan. \"Kami mendapat juara dua, dari dinas peternakan sendiri yang menilai dari kebersihan serta kekompakannya,\" pungkas dia. Masih kata Sumardi, jika sapi-sapi tersebut dirawat oleh pemiliknya masing-masing saat pemberian makanan maupun pembersihan kandang. \"Hasil dari penjualan kotoran dan urine sapi milik masing-masing warga itulah yang nantinya menjadi penghasilan sampingan,\" tutur dia. Sumardi menambahkan jika omset dari hasil penjualan kotoran sapi itu mencapai Rp 15.000.000 per tahun. \"Saat ini masih menjadi penghasilan tambahan, mungkin kedepannya kami upayakan peternakan ini bisa menjadi penghasilan pokok,\" imbuh dia. (CW1)

Sumber: