Serius Tangani Tuberculosis!
KALIANDA – Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan serius memerangi Tuberculosis (TB) yang angka penderitanya cukup tinggi di kabupaten ini, sumbangsihnya 53 persen. Imbasnya, cakupan data penderita dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Lampung menempatkan posisi Sai Bumi Ruwa Jurai darurat TB. Bahkan angka penderita di Provinsi Papua diyakini lebih rendah ketimbang penderita di Lampung sendiri. Koordinator TB Care Aisyiyah Lampung Selatan Rudi Hartono melansir rata-rata 10 penderita TB berguguran per kapitanya. Karenanya kata dia, sudah benar adanya koordinasi antara Koalisi Organisasi Profesi (KOPI) TB dengan Rumah Sakit Bob Bazar Kalianda dan elemensi lainnya, menyikapi persoalan ini. “ Angka yang kami temukan di lapangan memang mencengangkan. Tetapi bukan saatnya kita terpuruk merenungi tingginya temuan tersebut, tetapi yang perlu ditekankan adalah kemauan bersama untuk memangkas jumlah penderita TB,” ujarnya kepada Radar Lamsel, di RSUD Bob Bazar, Kamis (29/8). Dikatakan Lamsel termasuk kategori lambat dalam penanganan TB. Kendati begitu ia beranggapan lebih baik terlambat dari pada tidak ditangani sama sekali. Keterlamabatan penanganan hingga mencuatnya temuan TB di Bumi Khagom Mufakat kini mulai intens dibicarakan. “ Harus bergerak bersama. Kita lambat tapi lebih baik dari pada lambat banget. Untuk itu dengan reposisi jabatan baru yang ada di RSUD Bob Bazar, langsung sprin untuk penangangan TB,” ucapnya. Masih kata Rudi, temuan penderita TB yang dominan sejatinya terdeteksi dari layanan praktik dokter serta klinik-klinik yang tersebar di berbagai wilayah di Lamsel. Dari laporan dibawah, sumbangsih dari sektor itu memaparkan rata-rata 20 persen penderita dideteksi oleh pelaku medis yang membuka prkatik berupa klinik dokter swasta. “ Saat ini kader TB Care Aisyiyah bekerjasama dengan 26 Puskesmas di Lamsel. 125 kader terlatih oleh Dinas dan Puskes, kedepan bakal ada tambahan 24 kader lagi. Untuk apa? Untuk memerangi sirkulasi penyebaran TB,” tegasnya. Ironisnya para penderita TB itu tidak sedikit keluar biaya bila harus menempuh alur pengobatan yang tidak tercover seperti yang diberikan TB Care Aisyiyah misalnya. Rata-rata setiap satu minggu berobat, para penderita itu sedikitnya merogoh kocek paling irit Rp 250 ribu. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan dr. Wahyu Wibisana mengatakan obat-obat tersebut mahal karena memang tidak tercover oleh BPJS. Karenanya akan menjadi masalah besar bagi penderita TB yang masuk kategori kurang mampu. “ Kalau seminggu Rp 250 ribu. Untuk sebulan berobat saja paling tidak Rp 1 juta. Mungkin bagi penderita yang tidak terlilit ekonomi tidak begitu dipermasalahkan tetapi kalau untuk penderita kurang mampu tentu lain ceritanya,” ucap Ketua KOPI TB Lamsel ini. Dokter yang hobi bermotor ini melansir case datection TB di Provinsi Lampung pada 2018 cukup mengagetkan. Sebab posisi Lampung berada diatas Provonsi Papua. Di Papua angka penderitanya tidak sesignifikan yang ada di Lampung. Sedangkan untuk Lamsel menyuplai 53 persen penderita untuk provinsi ini. “ Lampung berada ditengah-tengah, dengan deteksi tinggi setiap tahunnya. Dan yang perlu digarisbawahi, Papua yang berada di ujung Indonesia case detectionnya lebih rendah. Ini menjadi perhatian bersama,” ucap Pentolan IDI Lampung ini. Ada lima isu sentra kesehatan yang menjadi agenda nasional. Salah satunya tuberculosis. Pemerintah pusat, juga tengah menggencarkan perang terhadap TB, sebab Indonesia berada di papan atas tingkat dunia jumlah penderitanya. Khusus Lamsel, penanganan TB dimasa lalu tampak tersumbat. Sebab bila dicermati, label paripurna yang disandang RSUD Bob Bazar kala itu patut dipertanyakan. Oleh sebab rumah sakit plat merah itu tampak mengesampingkan ruang khusus isolasi bagi penderita TB sendiri, kendati sudah berstatus paripurna. Itu turut dibenarkan oleh aktivis KOPI TB Lamsel Ns. Raden Anom dalam pemaparannya di Aula RSUD Bob Bazar. Ia mengaku heran mengapa RSUD Bob Bazar dilabeli paripurna sedangkan ruang khusus isolasi penanganan TB saja belum diperhatikan sebelumnya. Kabar baiknya, kini, RSUD Bob Bazar sudah menggodok serta mempersiapkan Sumberdaya Manusia (Sdm) serta fasilitas penunjang untuk menanggulangi penderita TB, langkah itu disebut One Stop Service. Nantinya, para penderita TB bakal mendapat perawatan sepekan secara full. Dengan penanganan dua dokter spesialis paru. Karena saat ini Lamsel hanya menyediakan satu dokter spesialis untuk penanganan TB. Itupun terjadwal tidak penuh dalam sepekan. Direktur RSUD dr. Bob Bazar Kalianda dr. Media Apriliana mengatakan keseriusan itu bakal diwujudkan dengan menyediakan ruangan isolasi khusus bagi penderita TB. Kemudian, menambah satu dokter sepsialis lagi untuk membantu dokter sepsialis yang sudah ada. Artinya bakal ada dua dokter spesialis paru yang dipekerjakan di rumah sakit kebanggaan warga Lamsel itu. “ Kalau ditanya seberapa serius kami menyikapi TB? Maka jawabannya sangat serius. Soal fasilitas dan Sdm juga sedang kami siapkan, termasuk membuka diskusi tentang jejaring penanganan TB ini seperti apa konkretnya,” kata Dirut baru RUSD Bob Bazar. Lebih lanjut sosialisasi TB MDR dan penguatan jejaring KOPI TB itu juga melibatkan peran dokter spesialis TB. Satu-satunya dokter spesialis paru yang ada di Lamsel pun, turut menengahi perihal persoalan penanganan teknis yang dipertanyakan oleh petugas RSUD Bob Bazar. Sebab pelayanan nantinya bakal berkesinambungan dan melibatkan banyak sektor. “ Dari segi pengobatan dan kendala teknis lainnya bakal kami jawab serta memecahkan tantangan yang ada saat ini. Misal teknis pemberian obat serta dosis juga perlu diperhatikan agar tak salah persepsi dalam penanganannya,” kata dr. Gatot Sudiro Hendarto Sp.P. (ver)
Sumber: