Soal Sekkab Fredy, GARBI: ASN Dilarang Berpolitik

Soal Sekkab Fredy, GARBI: ASN Dilarang Berpolitik

KALIANDA – Pro dan kontra soal keikutsertaan Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Lampung Selatan Ir. Fredy Sukirman dalam bursa lelang terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Madya Pemprov Lampung kian memanas. Jika sebelumnya kalangan akademisi menganggap langkah mantan Sekkab Pesisir Barat kurang tepat ditengah kondisi birokrasi pemkab tanpa Bupati definitif, kini giliran Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) Lamsel yang menyoroti hal tersebut. Ketua GARBI Lamsel Setiawan meminta, Sekkab Fredy mampu memilah dan bijak dalam bertindak. Khususnya, mengenai kewajiban jabatan yang saat ini dia embang sebagai pembantu pimpinan dalam menyelesaikan tugas di lingkungan OPD. “Secara pribadi seorang ASN tentunya sah-sah saja mengejar karier karena ada kesempatan yang terbuka. Itu hak preogratif dia sebagai ASN. Namun, jangan sampai dia lalai akan kewajiban jabatannya sebagai Sekda. Itu yang mesti dipertanggungjawabkan,” ungkap Setiawan via ponselnya, Minggu (1/9) kemarin. Ketua FHK2I Provinsi Lampung ini menambahkan, ditengah kesibukan Plt Bupati Lamsel H. Nanang Ermanto semestinya posisi Sekkab mampu mem-back up dan membantu urusan birokrasi pemerintahan. Agar roda pemerintahan tetap berjalan dengan maksimal. “Jangan sampai ketika pimpinan sibuk urusan kerja di luar kantor, Sekda malah tidak ada di kantor juga. Bisa kacau jajaran dibawah merasa tidak ada yang mengawasi. Hal ini yang harus diperhatikan,” imbuhnya. Apakah niatan pindah tugas melalui lelang terbuka Sekprov Lampung yang disinyalir berbeda pandangan politik antara Sekkab dan pimpinan? Setiawan belum berani menyimpulkannya. Yang jelas, kata dia, dalam aturan undang-undang dijelaskan bahwa setiap ASN dilarang keras terlibat urusan politik. “Kalau bicara ke arah politik saya belum bisa menyimpulkannya. Perlu kita kaji dengan berbagai hal. Tetapi, kalau ada indikasi mulai turun performa kinerja yang membuat urusan pemerintahan terhambat jelas salam. Yang perlu diingat posisi beliau saat ini masih aktif sebagai Sekkab Lamsel,” pungkasnya. Garis besar serta penagasan yang dikemukakan Garbi  itu sejatinya pernah disuarakan Mendagri Tjhajo Kumolo terkait larangan ASN berpolitik. Dikutip dari CNN Indonesia medio 2018 silam, kala itu Tjahjo mengingatkan hanyak kepala daerah dan anggota DPRD saja yang boleh berpolitik. Sebab, jabatan yang mereka duduki diperoleh dari proses berpolitik. Hal ini berbeda dengan Sekda yang masuk dalam kategori ASN. Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan Ir. Fredy Sukirman mulai menunjukan gelagat tak betah berada di kantor pasca ikut lelang terbuka Sekda Provinsi Lampung.  Hal ini memantik tanggapan akademisi Lampung Selatan. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Yayasan Pembangunan (STAI Yasba) Kalianda Drs. Yakub Yuhira, M.Pd., menilai, keikutsertaan Sekkab Fredy dalam lelang jabatan Sekprov Lampung dirasa kurang tepat dalam kondisi Lamsel saat ini. Sebab, sekda merupakan ASN tertinggi yang bertugas membantu pimpinan dalam urusan pemerintahan.           “Apalagi Pak Plt Bupati sendiri dalam melaksanakan tugas. Seyogyanya, sekda menunjukan kinerjanya dengan sebaik mungkin ditengah persoalan yang tengah dihadapi daerah. Harus konsen tanpa memikirkan pekerjaan lain diluar tugas dan tanggungjawabnya,” ungkap Yakub melalui sambungan telepon.           Menurutnya, terdapat berbagai faktor yang menjadi indikasi sesorang pejabat definitif ingin pindah tugas dari posisi yang sudah dianggap baik. Selain ingin meningkatkan karier, ketidak-betahan di tempat lama bisa jadi salah satu indikatornya.           “Kalau dalam agama Islam, syukuri apa yang sudah kita raih. Tak perlu lah dicari-cari hal-hal lainnya itu. Karena, dengan bersyukur maka akan ditambah nikmat kita. Tapi, kalau tidak maka celaka akan kita dapatkan. Jelas itu disampaikan dalam Al-Quran. Tapi masa iya posisi jabatan tinggi tidak betah,” imbuhnya.           Saat dimintai tanggapan terkait sepak terjang selama menjabat Sekda di Lamsel, akademisi yang satu ini enggan banyak memberikan komentar. Sebab, dia mengaku tidak begitu mengetahui bahkan sengenal yang bersangkutan sejak lama.           “Kalau berjabat tangan dan berkenalan sudah pernah. Tapi ya hanya sebatas itu. Karena kita tahu bersama, Pak Fredy bukan berasal dari pegawai Lamsel. Jadi, saya kurang paham soal yang lainnya. Apalagi, saya orang biasa dan tidak bergaul di kalangan pejabat,” pungkasnya. (idh)

Sumber: