Duh.. Sudah Kemarau, Padi Diserang Ulat
SIDOMULYO – Kegagalan panen di wilayah kecamatan Sidomulyo bukan hanya dialami oleh petani padi saja, namun kegagalan panen juga dialami oleh petani jagung diwilayah itu. Pasalnya, selain minimnya pasokan air saat kemarau, serangan hama ulat juga menjadi penyumbang terbesar gagalnya panen jagung diwilayah itu, Rabu (02/10). Muhtamrin (55) petani jagung warga Desa Sidowaluyo mengungkapkan, musim gadu tahun sebelumnya, dia mengaku masih bisa panen secara normal di satu hektar lahan jagung miliknya. “ Musim gadu tahun lalu, walau pasokan air minim saat kemarau satu hektar lahan jagung saya berhasil panen.” Tuturnya. Namun musim kemarau tahun ini kata Muhtamrin, selain minimnya pasokan air, serangan hama ulat yang sulit dikendalikan menjadi faktor penyebab satu hektar tanaman jagung miliknya gagal panen. “ Tanam jagung musim gadu tahun ini, selain kesulitan dalam pengairan lahan karena pasokan air menyusut disumur bor, juga disebabkan serangan hama ulat ditanaman jagung yang berusia rata-rata 30-45 hari sulit dikendalikan.” Ungkapnya. Senada dikatakan Nurhadi (50) warga Desa Talang baru, walau sudah dilakukan pengendalian hama dengan cara melakukan penyemprotan obat hama pada tanaman jagung miliknya, namun usahanya belum membuahkan hasil. “ Bahkan, karena kondisi cuaca panas yang ekstrim penyemrotan obat hama berbahan kimia bisa menganggu perkembangan tanaman jagung. Saya semprot obat hama bukan ulat hilang, tanaman jagung saya malah layu dan kering. Akibatnya satu hektar lahan jagung saya gagal panen.” Kata Nurhadi. Keapala UPT PHP Kecamatan Sidomulyo Didik Deky Setiawan mengatakan, diakuinya, kondisi tanaman jagung terserang hama ulat dan sulit dikendalikan, terjadi bukan disidomulyo saja. Kondisi ini terjadi pada tanaman jagung milik petani menyeluruh secara nasional. “ Untuk menekan kerugian petani jagung, sebagai langkah stimulus pemerintah bagi petani agar tidak dihantui gagal panen, saat melakukan tanam jagung. Kami berupaya untuk mengajak petani jagung untuk bergabung menjadi peserta Asuransi Usaha Pertanian Jagung (AUTPJ). Dimana, dalam satu hektar lahan petani jagung dapat megklime sebesar Rp.12 juta rupiah.” Kata Didik. Namun, saat sosialisasi ia mengaku, terkendala, minimnya minat petani jagung untuk ikut AUTPJ karena besaran iuran untuk satu hektar lahan jagung mencapai Rp.300 ribu rupiah. Berbeda dengan AUTP yang besaran iuran disubsidi peemrintah mencapai 60 persen. “ Minat petani jagung minim saat dihimbau untuk menjadi peserta AUTPJ. Karena AUTPJ non sibsidi, nominal iuran persatu hektar lahan jagung mencapai Rp.300 ribu rupiah.” Pungkasnya. Data yang dihimpun Radar Lamsel, tidak kurang dari 25 hektar tanaman jagung petani Desa Sidowaluyo dan Desa Talang baru, Kecamatan Sidomulyo mengalami gagal panen. Gagalnya panen disebabkan minimnya pasokan air saat kemarau dan serangan hama ulat yang sulit dikendalikan.(CW2)
Sumber: