8.000 Pemudik Pulang ke Lampung Selatan
PENENGAHAN – Sejak pandemi covid-19 di tanah air. Tak kurang dari 8.000 perantau pulang ke Lampung Selatan. Ribuan perantau itu datang dari berbagai daerah, mayoritas datang dari zona merah covid-19. Kendati ASDP tak mau mempublikasikan berapa jumlah pemudik yang menyeberang dari Merak kemudian masuk ke Lampung, namun berdasar data Tim Gugus Covid-19 Lampung Selatan, jumlah perantau yang pulang kampung sebanyak 8.000 orang. Ini masih bisa berubah lantaran penyebarangan pelabuhan Bakauheni masih beroperasi dan sejumlah daerah diluar Lamsel tidak melakukan lockdown. Kepala BPBD Kabupaten Lampung Selatan, M. Darmawan, mengatakan sampai hari ini ada 8.000 pemudik dari luar daerah yang masuk ke Lampung Selatan. Menurut Darmawan, kedatangan pemudik ini berjenjang dari tiap-tiap desa. Meski begitu, Tim Gugus Tugas sudah menyiapkan skema pemantauan terhadap orang yang baru datang ke desa. \"Tiap orang yang datang ke desa dicatat oleh aparat desa, didata alamat dan nomor teleponnya. Tidak langsung menemui, tapi melalui telepon dulu diobservasi. Tidak kontak langsung, ini tim kesehatan yang tau tindakan dan langkah-langkah yang akan diambil. Oleh karena itu pendataan terhadap pemudik sangat dibutuhkan,\" katanya. Tim ini mengaku, bakal ekstra keras dalam melakukan upaya preventif dalam menekan penyebaran penyakit ini. Pemeriksaan intensif kepada pendatang menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam menangani persoalan covid-19. \"Pemeriksaan sudah berlapis. Mulai dari Pelabuhan Merak mereka didata kemana tujuannya. Begitu juga turun di Pelabuhan Bakauheni didata dan di disinfektan lagi. Sampai mereka ke desanya juga sudah ditunggu jajaran aparatur desa untuk didata dan ditangani lebih lanjut. Maka, kami minta masyarakat dukung dengan tetap dirumah saja,\" tegasnya. Lebih lanjut dia mengatakan, apabila dalam kondisi darurat memaksa untuk keluar rumah maka wajib menggunakan masker. Langkah ini dilakukan untuk menghindari resiko yang bisa menimpa siapa saja. \"Karena penyebaran virus ini kemungkinan besar dari OTG. Mereka yang kelihatan sehat tanpa gejala, tapi pernah ada kontak dengan pasien positif bisa-bisa sudah terpapar. Maka kami minta sekali lagi untuk tetap dirumah dan menjalani isolasi diri dulu bagi para perantau,\" pungkasnya. Lalu bagaimana Pencegahan penyebaran covid-19 dilakukan di Desa-desa. Di Kecamatan Penengahan misalnya, disana sudah membentuk posko kampung siaga di wilayah atau titik perbatasan. Petugas di posko ini akan mencatat identitas warganya sebagai pemudik yang kembali ke desa. Mekanismenya pemudik asli desa wajib singgah ke posko. Kemudian petugas menyerahkan datanya ke Pemerintah Kecamatan Penengahan atau UPT PRI Penengahan. Pembentukan posko di perbatasan desa ini meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah optimistis, dan mampu menekan penyebaran virus mematikan itu. Apalagi mereka yang datang diminta mengisolasi diri sesuai dengan ketentuan. \"Sebelum masuk (desa), mereka harus lapor dulu. Apakah ada gejala atau tidak. Terus diimbau isolasi mandiri 14 hari dan dilaporkan perkembangannya. Nanti dipantau oleh satgas desa juga,\" kata Camat Penengahan, Erdiyansyah, S.H.,M.H. kepada Radar Lamsel, Minggu (5/4/2020). Jika dalam laporan ada pemudik yang memiliki ciri-ciri atau gejala covid-19, yang bersangkutan akan diperiksa secara rutin dari jarak jauh. Atau instansi kesehatan akan mengirimkan tim khusus yang datang ke kediaman orang tersebut. Sampai Minggu kemarin, ada 588 orang pemudik yang masuk di Kecamatan Penengahan. Kemungkinan jumlah ini bakal terus bertambah karena masih ada warga yang belum datang ke kampung halamannya. Lagi pula, pemerintah pusat masih membuka akses keluar-masuk Pulau Sumatera-Jawa di jalur laut, dalam hal ini Pelabuhan Bakauheni, Lampung, dan Pelabuhan Merak, Banten. \"Rata-rata 90 persen dari Jabodetabek. Yang datang direkap setiap hari. Jadi data orang dari luar yang masuk ke desa itu dilaporkan ke Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten,\" ujar Mantan Camat Kalianda ini. (rnd/idh)
Sumber: