Tak Mau Rugi Alasan Petani Tunda Tanam

Tak Mau Rugi Alasan Petani Tunda Tanam

WAY PANJI - Ditengah anjloknya harga jagung ditingkat petani, para petani Jagung di wilayah Waypanji, memilih untuk menunda sementara aktivitas tanam musim ini. Hal itu terpaksa dilakukan, sebagai upaya untuk meminimalisir kerugian. Pasalnya, besarnya hasil produksi Jagung oleh petani diwilayah itu belum diimbangi dengan harga yang memadai ditingkat petani. \" Ya, mas hasil panen jagung musim tahun ini terbilang normal, tapi akibat harga jagung yang terus merosot, saya dan petani jagung lainnya memilih untuk menunda sementara aktivitas tanam,\" kata Pipit (30) petani jagung Desa Sidoharjo Kecamatan Waypanji, kepada Radar Lamsel, Selasa (7/4). Pipit melanjutkan, bila aktivitas tanam dilanjutkan ditengah fluktuasi harga Jagung yang kian merosot di tingkat petani, \" maka berisiko petani Jagung akan  merugi,\" ungkapnya. Senada dikatakan oleh Wartino (50) petani Jagung sekitar, dimana dia menjelaskan, untuk hasil produksi Jagung, umumnya dari setengah hektar lahan mampu menghasilkan produksi mencapai 5-6 ton jagung kering panen. \" Hasil produksi Jagung normal, tapi harga jagung anjlok musim panen kali ini. Sebelumnya, harga Jagung turun giling (basah\'red) mencapai Rp. 2500-3500 perkilogramnya, namun tahun ini anjlok menjadi Rp. 1700-1800 perkilogramnya ditingkat petani, \" kata dia. Sementara, Mugiono (50) petani pengepul Jagung di Desa Sidomakmur menuturkan, untuk penyerapan hasil produksi Jagung di wilayah Waypanji dikatakannya masih normal. Dimana, ketika hari panas pertiga hari, dirinya mampu mengirim 9 ton Jagung yang sudah melalui proses pengeringan ke pihak PT. Java Conveed yang berada di daerah Teluk Betung Bandar Lampung. \" Sampai saat ini, penyerapan hasil produksi Jagung kepada petani sekitar masih normal. Dalam tiga hari saya masih mampu menyerap 9 ton Jagung kering panen, \" tutur Mugiono. Dijelaskannya, musim panen tahun ini petani Jagung mengeluhkan harga jagung ditingkat petani yang kian merosot. \" Hanya saja petani Jagung musim panen tahun ini banyak yang mengeluhkan, harga Jagung kering panen ditingkat petani anjlok. Akibatnya, petani merugi, sebab besarnya hasil produksi Jagung tidak diimbangi dengan harga yang memadai ditingkat petani,\" kata dia. Dikatakannya, saat ini pihak gudang hanya mampu membandrol harga Jagung turun giling Rp. 3550 perkilogramnya. Kemudian setelah dihitung biaya oprasional, pihak pengepul hanya mampu menyerap Rp. 1800-2000 untuk harga Jagung turun giling kepada petani. Lalu sambungya, untuk harga Jagung yang telah melalui proses pengeringan gudang membandrol harga Rp. 4450, setelah dihitung jumlah biaya oprasional, \"kami hanya mampu menyerap Rp. 3550 perkilogramnya dari patani,\" ucapnya. Kendati demikian dirinya tidak dapat berbuat banyak, sebab anjloknya harga Jagung kering panen ditingkat petani, dipengaruhi oleh standar harga yang ditetapkan oleh pihak gudang. \" Merosotnya harga Jagung ini, menurut saya mungkin karena pihak gudang belum berani melakukan penyerapan secara besar-besarnya ditengah Pandemi Covid-19 di Indonesia. Yang berdampak terbatasnya ruang gerak pengusaha untuk sementara. Sehingga mempengaruhi harga Jagung di tingkat petani, \" pungkasnya.(CW2)

Sumber: