Gapasdap: Produksi Angkutan Kapal Menurun
BAKAUHENI – Beberapa kebijakan yang akan diterapkan pemerintah melalui kementerian perhubungan di pelabuhan penyeberangan Bakauheni-Merak berdampak langsung pada pengelolaan kapal feri. Kebijakan pemerintah akan mensterilkan pelabuhan penyeberangan penumpang dan kendaraan di pelabuhan terpadat di Indonesia ini mendapat tantangan dari masyarakat selaku pengguna jasa penyeberangan. Para pengurus penyeberangan kendaraan dan masyarakat di pelabuhan Bakauheni menggelar aksi demonstasi didepan pelabuhan sebagai wujud menentang kebijakan pemerintah itu. Dampak daripada aksi demo itu langsung dirasakan pengelola kapal feri yang tergabung dalam Gapasdap cabang Bakauheni. Pasalnya, kapal yang semestinya mengangkut penumpang dan kendaraan secara terjadwal terpaksa berangkat kosong ke Merak, Banten. Bahkan disisi lain, secara umum sejak awal tahun 2016 lalu hingga pertengahan bulan April ini arus penumpang dan kendaraan yang menyeberang mengalami penurunan. Ditambah dengan kebijakan baru yang akan diterapkan hingga terjadi aksi di depan pelabuhan membuat pengelola kapal menjerit. Ketua Gapasdap Bakauheni Sunaryo, SH mengungkapkan, volume kendaraan dan penumpang yang menyeberang dari Bakauheni menuju Merak menurun sejak awal tahun lalu. Namun Sunaryo belum mengkalkulasi berapa persen penurunannya jika dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama. “Secara kasat mata dan pendapatan masing-masing kapal mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu dengan periode yang sama. Ditambah lagi kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendapat tantangan dari pengurus penyeberangan yang berimbas pada pendapatan kapal. Bayangkan saja, saat terjadi demo, kapal berangkat kosong ke Merak. Sedangkan biaya operasional tetap keluar,” kata Sunaryo kepada Radar Lamsel, kemarin. Namun sayang, Ketua Gapasdap Bakauheni ini belum mengevaluasi secara menyeluruh. Apakah angkutan penyeberangan (penumpang dan kendaraan) secara umum menurun atau penumpang dan kendaraan yang di bagi ke banyak kapal yang mulai beroperasi di lintasan Selat Sunda. “Kalau produksi setiap kapal yang saya operasikan mengalami penurunan. Saya tidak tahu, apakah secara umum penumpang dan kendaraan mengalami penurunan atau tidak. Karena data produksi secara menyeluruh ada di PT. ASDP Indonesia Ferry cabang Bakauheni selaku operator pelabuhan,” kata dia. Lebih lanjut pengelola kapal Dharma Lautan Utama (DLU) grup ini mengatakan, saat ini jumlah kapal yang beroperasi di lintasan Bakauheni-Merak sebanyak 61 kapal. Menurutnya, sejak beberapa tahun terakhir ini sangat mudah mendapatkan izin operasi kapal dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). “Beberapa tahun terakhir ini penambahan kapal cukup banyak. Sangat mudah mendapatkan izin dari Kemenhub. Kalau dulu menambah kapal melihat demand terlebih dulu dengan rata-rata perkapal load facktor 60 persen. Kalau sekarang aturan itu sudah tidak berlaku lagi,” paparnya. Disinggung penambahan kapal untuk memperlancar arus penyeberangan Bakauheni-Merak, Sunaryo menyatakan jumlah kapal sudah lebih dari cukup. Namun, kata dia, pemerintah menambah jumlah kapal yang dioperasikan di Selat Sunda tapi tidak dibarengi dengan penambahan dermaga. “Jumlah kapal yang ada sudah lebih dari banyak. Sekarang ini yang perlu ditambah adalah dermaga. Saat ini hanya ada enam dermaga. Jumlah dermaga saat ini tidak sebanding dengan jumlah kapal yang mencapai 60 kapal lebih,” ujarnya. Sementara itu, Manager Operasional PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) cabang Bakauheni Heru Purwanto belum bisa dimintai data operasional secara menyeluruh terkait hasil produksi penumpang dan kendaraan periode awal tahun 2016 hingga April ini. “Data produksi belum di total menyeluruh. Saat ini saya sedang rapat,” kata Heru Purwanto melalui pesan singkatnya.(man)
Sumber: