Belajar Daring Tuai Keluhan

Belajar Daring Tuai Keluhan

Bupati Sebut Kebijakan Pusat

SRAGI – Perpanjangan sekolah dalam jaringan (Daring) hingga 30 September mendatang kembali menuai protes dari sejumlah masyarakat Kecamatan Sragi. Keluhan orang tua soal efisiensi belajar daring selama Covid-19 ini disampaikan langsung kepada Bupati Lampung Selatan, H. Nanang Ermanto ketika melakukan silaturahmi bersama tokoh masyarakat dan kepala desa se Kecamatan Sragi, di Desa Senin (3/8). Keluhan soal belajar daring itu datang dari  Kepala Desa Sumber Agung, Ali Rohim. Menurutnya sekolah daring yang diperpanjang hingga 30 September mendatang semakin menambah beban orang tua. “Belajar daring ini bukan membuat anak tambah pintar, Pak. Tapi belajar daring ini seperti pembodohan, kurang efesien belum bisa diterapkan di sini,” kata Ali Rohim ketika menyampaikan keluhannya kepada orang nomor satu di Lampung Selatan itu. Ali mengungkapkan, selama ini keluhan warganya soal belajar dari ini juga tersebut berdatangan. Sebab dalam belajar daring ini kurang kurang efisien, belum lagi beban orang tua bertambah lantaran harus memberikan pendampingan kepada anak, dan harus memenuhi kebutuhan perangkat telepon pintar untuk menunjang belajar daring tersebut. “Warga saya sudah banyak yang ngeluh, termasuk saya. Karena selain harus memberikan pendampingan, ada orang tua yang tidak mampu harus membeli telepon pintar agar anaknya bisa ikut belajar daring,” sambungnya. Ali Rohim berharap, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan bisa kembali menerapkan sekolah formal. Sebab, kata dia, sektor pasar saat ini telah dibuka, namun belajar formal belum diizinkan. “Harapan kami, sebagai orang tua pemerintah bisa kembali menerapkan belajar di sekolah. Karena saat ini pasar dan mall pun sudah dibuka, sementara untuk belajar di sekolah belum di izinkan,” ucapnya. Bupati Lampung Selatan H. Nanang Ermanto menjelaskan, perpanjangan sekolah daring ini merupakan kebijakan dari pemerintah pusat, bukan kabupaten. Upaya ini dilakukan untuk mencegah penularan virus Covid-19 selama pandemi masih berlangsung. “Harapan kita memang begitu. Tapi sekolah daring ini kebijakan pemerintah pusat, karena penularan Covid-19 banyak terjadi di sekolah. Di negara lain pun sekolah juga belum dibuka,” terang Nanang. Nanang juga tidak menampik belajar daring banyak menuai keluhan dari orang tua.  Namun ia mengharapkan masyarakat tidak menyamakan sekolah  dengan pasar atau mall yang sudah beroprasi. Sebab kata dia, meski pandemi Covid-19 masih berlangsung pemerintah juga menginginkan pasar yang menjadi roda perekonomian masayarakat juga tetap berjalan. “Jangan samakan sekolah dengan pasar. Karena pasar dan mall itu sumber perekonomian yang harus tetap berjalan. Kita doakan saja pandemi ini cepat berakhir dan sekolah kembali dibuka,” pungkasnya. (vid)

Sumber: