Petani Was-Was Gagal Panen
CANDIPURO – Gagal panen menghantui petani di Kecamatan Sidomulyo dan Kecamatan Candipuro pada musim gadu tahun ini. Musababnya, beberapa pekan tarkhir intensitas curah hujan diwilayah itu berkurang. Bahkan, keberadaan sumur-sumur bor diareal sawah mereka, sebagai salah satu sarana penopang sumber air tanah bagi pengiran pun, sudah tidak berjalan optimal, akibat pasokan air mulai menipis. Anggota Poktan Desa Waygelam Kecamatan Candipuro Casmo (50) mengatakan, musim gadu tahun ini, dirinya merasa kesulitan saat melakukan pengairan di satu hektar lahan sawah miliknya. Akibat menyusutnya pasokan air di kali waygelam dan waykalang. “ Bulan Agustus ini, curah hujan berkurang, sehingga air di kali waykalang menyusut. Kondisi ini, jelas menyulitkan kami petani melakukan pengairan, karena pasokan air di sumber air mulai terbatas,” katanya kepada Radar Lamsel, dilokasi sawahnya, Selasa (4/8). Casmo menjelaskan, pengairan sawah semakin terkendala, ketika sumur bor miliknya dan petani sekitar pun sudah tidak mampu lagi berjalan optimal. “ Pengairan semakin sulit mas, karena sumber air tanah di sumur bor milik saya dan petani sekitar juga mulai terbatas. Karena minimnya pasokan air, sumur bor hanya mampu mengairi setengah hektar lahan saja, dari satu hektar lahan sawah milik saya,” terangnya. Kondisi ini kata dia, merupakan pemandangan setiap tahun, dialami para petani kala menghadapai musim tanam gadu. Meski demikian dirinya dan petani sekitar terus berupaya dan optimis, panen gadu tahun ini, akan berhasil. “ Meski begitu kami terus berupaya maksimal, agar dapat panen sesuai harapan. Walau pasokan air tanah mulai menipis tapi pengairan masih bisa dilakukan,” jelasnya. Mengingat lanjutnya, umur padi jenis inpari butuh waktu 95 hari untuk bisa dipanen. Sedangkan ujarnya, saat ini rata-rata umur padi milik petani sekitar sudah memasuki 45-60 hari. “ Hanya butuh satu bulan dan 3-4 kali pengairan lagi umur padi memasuki masa panen. Jadi kami optimis dan berharap sangat, panen musim gadu tahun in akan berhasil,” imbuhnya. Terpisah, Mito (50) petani Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo mengamini hal tersebut. Untuk menghindari gagal panen, akibat tumbuh kembang tanaman padinya tidak maksimal, karena kekurang air, dirinya dan petani sekitar, secara bergilir memompa air dari kali waykalang untuk mengairi sawah mereka. “ Ya, pasokan air di kali waykalang mulai menyusut, karena curah hujan berkurang. Saya dan petani sekitar bergiliran melakukan penyedotan air dari waykalang untuk mengairi sawah. Karena pasokan air terbatas,” kata Mito. Sementara, Kepala UPT Pertanian Sidomulyo Didik Deky Setiawan mengatakan, pihaknya membenarkan hal tersebut. Meski begitu pihaknya berupaya mengimbau petani untuk optimal melakukan pengairan meski pasokan air di sumber-sumber pengairan yang ada mulai terbatas. “ Ya, kami juga sudah mengimbau petani untuk secara bergilir mengairi lahan sawah, karena sumber air terbatas,” ucapnya. Mengingat kata dia, umumnya umur padi milik petani diwilayah kerjanya itu, rata-rata telah memasuki umur 45-60 hari lebih. Sehingga, tidak lagi membutuhakan pengairan yang berlebih. “ Melihat dari umur padi sudah memasuki masa bunting, petani tidak harus melakukan pengairan secara berlebih. Petani cukup membasahkan lahan sawah saja. Namun, bila sampai dua minggu kedepan intensitas curah hujan tidak memadai, maka 1600 hektar lebih lahan sawah milik petani ini, ada kemungkinan terancam kekeringan,” pungkasnya.(CW2)
Sumber: