Dua Kali Panen, Harga Jagung tak Juga Naik
PALAS – Tahun ini menjadi yang terburuk bagi petani jagung di Kecamatan Palas dan Sragi. Sebab dalam dua musim ini harga jual jagung di tingkat petani yang jatuh, tak mengalami perubahan sejak musim panen pertama. Parahnya lagi musim panen kedua ini produksi jagung juga ikut merosot. Produksi jagung per hektare hanya 5-6 ton, merosot dari musim panen sebelumnya yang mencapai 7 ton. Qodir (46) salah satu petani Desa Rejo Mulyo mengatakan, selama dua musim tanam di tahun ini harga jagung tak kunjung mengalami perubahan. Harga yang jatung diangka Rp 2.000 per kilogram tak mengalami kenaikan sejak musim panen pertama. “Sampai sekarang harga jagung di tingkat petani masih jatuh, Rp 1.900 – Rp 2.000 per kilogramnya. Tidak ada perubahan sejak musim panen yang pertama pada Maret lalu,” ujar Qodir memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di kediamannya, Kamis (6/8) siang kemarin. Tidak hanya itu, terang Qodir, pada musim panen ke dua petani juga tidak mendapatkan hasil panen yang menguntungkan. Produksi jagung dalam satu hektar hanya mencapai 6 ton. Merosot dari musim panen sebelumnya. “Hasil panen juga turun satu sampai satu setengah ton per hektarnya. Musim panen yang pertama bisa sampai 7 ton sekarang hanya 6 ton, bahkan ada yang 5 ton untuk satu hektar,” terangnya. Hal tersebut juga diamini oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Penyuluh Pertanian Kecamatan Palas, Agus Santosa. Dimana selama dua musim panen ini harga jagung yang jatuh tak membaik hingga musim ke dua. “Tahun ini petani jagung memang benar-benar terpuruk lah. Harga yang jatuh sejak musim penen yang pertam tak berubah sampai musim panen yang sekarang ini,” tuturnya. Agus juga menjelaskan, pada musim tanam yang ke dua ini luasan tanaman jagung mencapai 2.967 hektar. Sementara yang sudah dipanen seluas 650 hektar. Dengan rata-rata produksi panen hanya 5,5 ton. “Hasil produksi musim kedua ini juga turun, hanya 5,5 ton per hektar. Hal ini disebabkan intensitas hujan yang terlalu tinggi pada penanamannya,” tuturnya. Hal serupa juga terjadi di Kecamatan Sragi, Amar salah satu petani Desa Mandalasari mengaku, untuk tanaman jagung seluas seperempat hektar hanya merogoh keuntungan sebesar Rp 400 ribu. “Cuma dapat satu setengah ton. Keuntungannya sangat tipis hanya Rp 400 ribu, tidak sesuai dengan tenaga yang kita keluarkan,” ungkapnya. Sementara Kepala UPT Penyuluh Pertanian Kecamatan Sragi Eka Saputra mengaku merosotnya harga jagung hingga saat ini terus dikeluhkan petani. “Kita terus mendapat keluhan dari petani jagung. Kalau di Sragi produksi masih bagus, 6 -7 ton per hektar. Tapi harganya ini tidak mengalami kenaikan,” pungkasnya. (vid)
Sumber: