Petani Pulau Sebesi Kewalahan Atasi Hama Babi
RAJABASA - Menurunnya minat perburuan selama satu tahun terakhir membuat petani Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Raja Basa kewalahan mengatasi serangan hama babi. Hal ini juga menyebabkan populasi babi hutan di Pulau Sebesi semakin meningkat. Sehingga merusak perkebunan masyarakat. Ketua Kelompok Tani Maju Sejahtera, Muslihin menuturkan, peningkatan pupulasi hama babi ini terlihat selama satu tahun belakangan. Ini terjadi lantaran komunitas pemburu dalam setahun ini tak lagi melakukan perburuan di Pulau Sebesi. \"Semenjak pandemi, sudah jarang komunitas pemburu yang masuk Pulau Sebesi. Biasanya setiap akhir pekan selalu ada pemburu yang menembak babi hutan. Tapi sudah enggak ada lagi yang berburu,\" ujar Solihin memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (17/2) kemarin. Meningkatnya populasi ini juga telah membuat petani kesulitan mengatasi serangan hama babi yang merusak perkebunan masyarakat. Hingga kini sudah ada lima hektar kebun pisang dan 1.000 pohon kelapan yang rusak akibat serangan hama mamalia tersebut. \"Populasinya meningkat serangannya juga meningkat, Mas. Dalam tujuh bulan terakhir sudah ada lima hektar kebun pisang rusak bahkan 1.000 kelapan tanama baru juga rusak akibat dimakan babi,\" ungkapnya. Untuk menekan serangan petani hanya bisa melakukan pengupanan menggunakan racun dan menunggu kebun pada malam hari. Naman, kata Solihin itu belum membuahkan hasil yang maksimal. \"Kami hanya bisa menjaga kebun pada malam hari, sebab serangan babi terjadi di malam hari. Harapan kami ada bantuan racun, karena saat ini petani masih kekurangan untuk melakukan pengumpanan,\" sambungnya. Keluhan petani Pulau Sebesi itu juga diamini oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (PPOPT) Kecamatan Rajabasa, Syafrudin. Dari hasil pematauan hama babi tak hanya menyerang tanama pisang dan kelapa saja. Tanaman jagung juga ikut dirusak. \"Bukan hanya kelapa dan pisang, tanaman jagung sudah mulai diserang secara spot-spot,\"tuturnya. Menurut Syafrudin, meningkatnya populasi hama babi ini juga dipengaruhi dengan semakin berburangnya kebun kelapa di Pulau Sebesi. Dari 2.010 hektar perkebunan kelapa kini hanya tersisa 600 hektar karena peremajaan. \"Kalau dulu serangannya tak separah ini karena babi masih banyak sumber makanan lain yaitu, buah kelapan yang jatuh. Tapi sekarang perkunan kelapan hanya tersisa 600 hektar, sisanya sudah diremajakan, tanaman baru,\" kata Syafrudin. Pihaknya akan berupaya memberikan bantuan racun untuk mengendalikan pupulasi babi hutan. Ia juga berharap Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan juga ikut andil dalam upaya mengendalikan hama babi di Pulau Sebesi itu. \"Harapan kami Dinas Peternakan juga ikut andil. Sebab mereka juga memiliki racun hama babi yang bisa diberikan petani di Pulau Sebesi,\"harapnya. (vid)
Sumber: