Teknisi IT Pelabuhan Bakauheni Mogok Kerja
BAKAUHENI – Sejumlah teknisi IT nutech Pelabuhan Bakauheni melakukan mogok kerja. Aksi yang sudah berlangsung sejak Minggu (21/2/2021) ini dilakukan karena kekecewaan yang dialami. Faktornya diawali dari kerja lembur saat libur panjang akhir pekan pada November, dan lembur ketika libur natal dan tahun baru pada Desember 2020 lalu. Dari data, setiap teknisi mendapat jatah lembur berbeda-beda. Ada yang 3 hari, dan ada pula yang 4 hari lembur. Buntut kekecewaan datang ketika teknisi yang menjalani lembur tidak mendapat uang makan. Tetapi harapan itu hanya angan. Sebab, sampai sekarang uang lembur itu belum dibayar. Mereka pernah beberapa kali menagih uang lembur tersebut. Tapi jawaban yang diberikan Koordinasi Lapangan (Korlap) Project nutech, Adi Kurniawan, tidak sesuai harapan. Berkali-kali ditanya, berulang kali pula korlap menyuruh pekerja yang ikut lembur menanyakan uang lembur kepada admin nutech. Merasa kecewa, teknisi akhirnya melakukan aksi mogok kerja terhitung dua hari sampai Selasa (23/2/2021). Di sela-sela mogok kerja, kesepuluh teknisi ini meminta kenaikan gaji yang disampaikan kepada Project Manager nutech, Yohanes Joko. Namun permintaan tambahan gaji sebesar Rp1 juta itu ditolak. Pekerja IT nutech memiliki alasan mengapa mereka meminta kenaikan gaji, yang semula Rp2,7 juta menjadi Rp3,7 juta. Gaji per bulan mereka terhitung kecil jika dibandingkan dengan waktu kerja 12 jam di Pelabuhan Bakauheni. Gaji cleaning servis, misalnya, mencapai Rp2,6 juta per bulan dengan waktu kerja 8 jam. Nominal tersebut lebih jauh lagi jika dibandingkan dengan gaji IT PT. ASDP yang mencapai Rp3,7 juta per bulan, dengan waktu kerja selama 8 jam. Kedua gaji tersebut menjadi acuan pekerja IT nutech meminta naik gaji. Di samping itu, teknisi IT memiliki tanggungjawab yang besar. Jika merujuk pada SOP-nya, teknisi IT wajib standby, menangani masalah perangkat, maintenance kebersihan perangkat, dan kebersihan perangkat loket. Jika hal-hal tersebut mengalami kendala, lalu pekerja IT tidak ada di tempat, bisa dipastikan kasir bakal kesulitan melakukan transaksi loket. Tetapi, manajemen nutech cukup pintar mengambil alih pekerjaan yang ditinggalkan personel teknisi yang mogok kerja. Nutech mendatangkan beberapa personel bantuan dari Jakarta. Sisanya merupakan teknisi lama yang sebelumnya ikut mogok. Tetapi mereka bekerja lagi karena takut. “Minggu malam, kami mulai mogok. Senin paginya, yang dari Jakarta sudah datang,” ujar sumber Radar Lamsel yang bekerja sebagai teknisi nutech. Semua teknisi yang mogok kerja diminta mengundurkan diri. Tapi mereka menolak. Jika teknisi mengundurkan diri, statusnya adalah pemutusan hubungan kerja. Selaku pihak kedua, teknisi wajib membayar kompensasi kepada pihak pertama, nutech, sebesar nilai gaji dikali sisa masa kontrak sesuai kesepakatan. “Kami ini mengambang statusnya. Kami memang mogok, tapi tidak dipecat. Dan kami juga tidak mau mengundurkan diri,” katanya. Radar Lamsel mengonfirmasi Yohanes Joko, dan Adi Kurniawan untuk menanyakan tanggapa terkait persoalan itu. Namun keduanya belum memberikan jawaban apapun. Para teknisi ini sudah melaporkan persoalan itu kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Lampung Selatan. Melalui cara itu, mereka berharap bisa menemukan jalan terang setelah menemui jalan buntu berkali-kali. (rnd)
Sumber: