Petani Kembangkan Sistem Polikultura

Petani Kembangkan Sistem Polikultura

SIDOMULYO - Meski ditengah keterbatasan pengairan dan alat mesin pengolahan lahan, saat melakoni usaha tani di tengah pandemi, petani daun bawang di Dusun Sudul, Desa Sukamarga, Kecamatan Sidomulyo berhasil panen dengan hasil produksi lumayan tinggi. Tidak berhenti disitu, demi menambah pundi-pundi rupiah, petani di desa tersebut pun berhasil mengembangkan budidaya pertanian sistem polikultura. Yakni, pengembangan budidaya daun bawang atau biasa disebut masyarakat sekitar sebagai (Leunca), kemudian ditumpangsarikan dengan tanaman cabai. Sekcam Sidomulyo Tuheri mewakili Camat Sidomulyo Rendy Eko Supriyanto mengatakan, dimasa pandemi walau ditengah keterbatasan sarana dan prasrana, petani daun bawang di dusun Sudul, mampu panen dengan hasil produksi yang lumayan memuaskan. Bahkan lanjutnya, demi menambah pendapatan, petani di Desa Sukamarga ini, berupaya mengembangkan budidaya polikultura. Dengan budidaya sistem tumpangsari, tanaman daun bawang dengan tanaman cabai. \" Pencapaian petani daun bawang di Dusun Sudul ini, patut mendapat apresiasi. Meski ditengah keterbatasan, mereka mampu panen dengan memetik hasil produksi yang cukup lumayan,\" ungkapnya kepada Radar Lamsel, usai menghadiri kegiatan panen daun bawang bersama aparatur desa dan petani sekitar, Senin (15/3). Prestasi tersebut dikatakan oleh Tuheri, berbanding lurus dengan nawacita pembangunan pemerintah. Yakni, ujarnya, mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, bermula dari pembangunan masyarakat di tingkat desa. Tak ayal sebuah terobosan petani tersebut, diakuinya berdampak kepada pemberdayaan masyarakat sekitar. \" Tentunya pencapaian petani di Desa Sukamarga ini, akan terus kita suport. Terobosan petani ini juga, berdampak kepada pemberdayaan masyarakat sekitar. Tentunya, kami berharap desa-desa lainya di Sidomulyo, dapat mengikuti,\" katanya. Sementara, Kepala Desa Sukamarga Siadiantori menerangkan, keberhasilan para petani budidaya leunca di desanya tersebut, tidak terlepas dari peran semua pihak, tidak terkecuali pemerintah daerah. Namun, dalam mejalankan aktivitas pertanian, para petani masih banyak menemui hambatan. Dimana ia mengakatan, diantara hambatan yang dihadapi petani adalah, masih terkendala sarana dan prasarana pertanian, pada waktu beraktivitas mengolah lahan dan pengairan. \" Sebab, petani belum memiliki alat mesin olah lahan kering. Sementara, lahan pertanian sistem tadah hujan ini juga, belum dilengkapi sumur bor. Akibatnya, dari 6 hektar lahan budidaya yang tersedia tidak tergarap maksimal. Petani hanya mampu menggarap 2 hektar saja,\" terangnya. Ia berharap, kepada pemerintah daerah, sekiranya kendala yang dihadapi petani tersebut dapat dibantu. Demi terwujudnya, ketahanan pangan di desa Sukamarga itu. \" Kepada pemerintah daerah dan instansi terkait, kami berharap adanya bantuan mesin olah lahan kering dan pengadaan sumur bor di lahan para petani ini. Sebab, air sumur yang biasa digunakan petani, pasokan tidak mencukupi untuk pengairan,\" harap Kepala Desa Sukamarga itu, dan diamini oleh petani sekitar. Untuk diketahui, hasil produksi dari seperempat hektar lahan, petani budidaya daun bawang di Dusun Sudul, Desa Sukamarga, mampu panem hingga 4 ton. Dengan nilai jual perkilogram daun bawang ditingkat petani mencapai Rp 7 ribu-9 ribu. (sho)

Sumber: