Pengrajin Batu Bata Banjir Pesanan

Pengrajin Batu Bata Banjir Pesanan

SIDOMULYO - Bulan suci Ramadhan 1442 Hijriyah di masa Pandemi, yang berbarengan dengan musim panen padi di tahun ini, merupakan berkah tersendiri bagi para pengrajin batu bata.   Seperti yang dialami oleh pengrajin batu  bata di Dusun Jogja, Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo Pandi (50). Ia mengaku kebanjiran pesanan dari pelanggannya yang berasal dari warga dusun dan desa tetangga.   Menurutnya, banyaknya pesanan batu bata berdatangan dari pelanggannya, di pengaruhi oleh bulan puasa tahun ini bertepatan dengan musim panen padi.   \" Alhamdulillah, di bulan puasa yang bertepatan dengan musim panen ini, pesanan batu bata dari pelanggan warga sekitar dan desa tetangga sudah mulai berdatangan,\" kata Pandi kepada Radar Lamsel, Selasa (13/4).   Pandi mengaku order batu bata dari pelanggannya mencapai 40 ribu buah batu bata. Persatu buah batu bata hasil karyanya ia hargai sebesar 300 rupiah.   Dimana ia mengatakan, untuk menyelesaikan pesanan para pelanggannya tersebut, dirinya membutuhkan waktu hingga dua bulan kedepan, dalam proses pengerjaan menggunakan mesin molen dan pencetakan manual hingga proses pembakaran batu bata.   \" Bila cuaca mendukung, dalam satu harinya, saya bisa cetak batu bata sampai 1.200 buah batu bata. Tapi kalo cuaca sedang hujan, tidak bisa beraktivitas sama sekali,\" ungkap Pandi.   Selain ahli, Pandi juga terbilang pandai dan cermat.  Sebab, untuk menambah pundi-pundi pendapatan usahanya tanpa mengurangi hasil, dirinya rela berkeringat mencari kulit padi (merang) yang ia peroleh dari pabrik penggilingan padi milik warga sekitar, sebagai bahan dasar proses pembakaran batu bata hasil buah karyanya, sebagai pengganti kayu bakar.   Alternatif kayu bakar lainya, batang tanaman jagung sisa panen para petani di wilayahnya. Ke semuanya itu, Pandi peroleh dengan cara memintanya secara cuma-cuma kepada pemilik pabrik dan pemilik lahan tanaman jagung.   Hal demikian ia lakoni, demi memangkas biaya operasional proses pembakaran batu bata menggunakan kayu bakar, yang biayanya lumayan mahal, hingga mencapai sebesar 3.00-4.00 ribu rupiah dalam satu kali proses pembakaran.   \" Proses pembakaran batu bata, saya tidak pakai kayu bakar, karena selain susah carinya, harga kayu bakar mahal. Proses pembakaran batu bata saya pakai merang padi dan limbah jagung sisa panen petani sekitar. Merang terkadang gratis dan terkadang saya beli 1.000 per karungnya dari pemilik pabrik. Dan limbah jagung saya peroleh gratis dari petani jagung,\" terangnya.   Sementara, untuk tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan batu bata ia peroleh dengan cara memesan dari orang lain. Per mobil L 300, Pandi mengocek dana sebesar Rp 150-200 ribu. Dengan hasil produksi umumnya mencapai 2.500 hingga 2.700 buah batu bata.   Meski di tengah pandemi, usaha batu bata milik Pandi masih berjalan normal. Bahkan, belakangan ia mulai kebanjiran order dari para pelanggan. Tak berhenti di situ, sebagai tabungan keluarga, setiap sen keuntungan yang ia peroleh dari usahanya, disisihkannya untuk dibelikan ternak sapi. Saat ini, ternak sapinya sudah mencapai 3 ekor. (sho)  

Sumber: