Bumbu Ampuh Bernama ’amarah’
Jagad maya heboh. Apa betul (ESL) bentukan sejumlah presiden klub raksasa bola kaki eropa benar-benar terwujud? Jika benar, tamatlah pamor Liga Champions dibawah naungan federasinya. Mereka saling ancam satu sama lain. Federasi mengancam akan memblacklist siapapun yang turut dalam ESL. Ancaman lainnya pemain yang klubnya gabung ESL tak boleh main di piala dunia dan kejuaraan resmi. Sementara presiden klub tak mau kalah roh, mereka balik mengancam federasi;untuk mencipta liga dan bahkan piala dunia bentukan ESL sendiri. Bukan main, beradu ancaman. Selesai dengan itu saya tengok beranda maya. Berseliweran aksi sidak Bupati Lamsel di sejumlah OPD. Raut mukanya terlihat jengah, ternyata banyak ASN yang belum juga kerja pada saat jam kerja. Terutama ASN yang punya jabatan. Bupati yang satu ini beda dengan mantan tandemnya dahulu. Kalau yang dulu sering meledak-ledak, apalagi didepan kamera, bisa habis target ‘dikuliti’. Maka, harapan wartawan untuk menyaksikan bupati lamsel meledak-ledak agak sukar ditemui. Boleh jadi karena sifat itu banyak ASN yang bandel. Sangking bandelnya sampai muncul rencana absensi berbasis GPS. Digagasnya absensi berbasis GPS tak mendapat perlawanan layaknya kasus sepak bola eropa yang lagi hangat. Sekali lagi, wartawan jangan berharap ada sosok yang melakukan perlawanan apalagi dari golongan ASN, punya jabatan pula. Kalau ada, bisa headline 3 hari. Kemarahan bagai bumbu yang ampuh. Secuil menyadarkan, terlalu banyak menumpulkan indra. Barangkali falsafah itu yang dianut politisi PDI Perjuangan ini. Sederhananya kalau kebanyakan marah yang tak berkualitas akan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Lalu apakah rencana ebsensi berbasis GPS itu perwujudan amarah yang berkualitas? Mana saya tahu. Yang jelas ini bukan sekedar masalah rutin, namun masalah yang sangat mendasar menyangkut kedisiplinan ASN itu sendiri. Jika sudah pakai GPS ternyata masih saja diakali, dicari kelemahan aplikasinya? Setelah isi absen lalu kabur lagi misalnya? Hanya bupati saja yang tahu bagaimana menyelesaikan masalah esensiil ini. (*)
Sumber: