Itera Teliti Tanaman Anti Kanker

JATIAGUNG - Tim dosen Institut Teknologi Sumatera (ITERA) dari Pusat Riset dan Inovasi Material Hayati dan Material Alami melakukan penelitian tentang beberapa bahan alami yang dapat dimanfaatkan sebagai obat antikanker. Sekretaris Purino Material Hayati dan Material Alami Itera Dr. Rahmat Kurniawan, yang juga dosen Program Studi Kimia sebagai salah satu peneliti menyampaikan berbagai metode bisa dilakukan guna mendapatkan senyawa organik yang bisa digunakan sebagai obat-obatan, khususnya obat-obatan kanker. Senyawa organik bisa didapatkan dari berbagai macam bahan alam, terlebih lagi Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia. “Contohnya pada tumbuhan tapak dara yang dapat kita temui di Itera, pada tumbuhan tapak dara memiliki kandungan alkaloid yang bernama vinkristin yang saat ini biasa digunakan untuk obat kanker stadium 3 dan 4,” katanya, Selasa(8/6). Rahmat menambahkan, saat ini tim peneliti Purino Material Hayati dan Material Alami Itera yang terdiri dari Prof. Dr. Sukrasno (advisor), Dr. Syaikhul Aziz, Dr. Sena Maulana, Arif Ashari, dirinya juga sedang meneliti tanaman taxus sumatrana atau yang dikenal dengan Cemara Sumatera yang memiliki senyawa organik yang bisa dikembangkan juga sebagai obat antikanker yang Bernama Paclitaxel. Purino Material Hayati dan Material Alami Itera melakuka upaya penelitian tentang manfaat tanaman obat, seperti beberapa waktu lalu juga menyelenggarakan website seminar (webinar) bertajuk “Pengembangan Material Alami dan Material Hayati sebagai Obat Anti Kanker”, Jumat, (4/7) lalu. Kegiatan itu merupakan kerja sama tim peneliti penerima Hibah Penelitian Itera 2021 tersebut menghadirkan narasumber Peneliti Pusat Penelitian Kimia LIPI Siti Nurul Aisyiyah yang menyampaikan materi tentang Silika Mesopori berbasis Mineral Alam, yaitu Modifikasi dan Potensinya sebagai Platform Deteksi Biomarker Kanker. Selain itu, Siti juga memaparkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 770 ribu kasus kanker dan 520 ribu kasus kematian karena kanker. Diprediksi kasus tersebut akan meningkat hingga sebesar 70% di Tahun 2030. “Salah satu penyebab kasus kematian yang cukup siknifikan karena kanker adalah karena rata-rata orang baru terindikasi kanker pada saat mereka sudah ada di stage 2 ataupun stage 3. Karena itu saat ini para peneliti Kimia LIPI sedang mengembangkan pembuatan alat deteksi dini kanker yang menggunakan bahan anorganik dari material alam dengan pendekatan nanoteknologi, sebagai bahan alat deteksi dini menggunakan silikon mesopore,” ujar Siti. Sementara Ketua Lembaga Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Penjamin Mutu (LPPPM) ITERA, Acep Purqon, berharap melalui webinar dan berbagai riset yang dikembangkan para dosen, diharapkan akan muncul berbagai inovasi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, baik di Sumatera, ataupun di Indonesia secara umum. (rnn)
Sumber: