Mereka yang Tak Masuk Hitungan di Zona Merah
Tidak PCR Meski Gejala Mirip Covid, Tak Dihitung Petugas
KALIANDA - Kesadaran masyarakat yang terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Lampung Selatan termasuk kecil. Tak sedikit orang yang menjalani isolasi mandiri (isoman), tetapi masih nekat keluar. Banyak alasan yang membuat mereka nekat keluar rumah. Salah satunya kebutuhan makanan. Alasan yang masuk akal karena makanan memang menjadi bahan pokok yang wajib ada ketika menjalani isolasi mandiri. Bahkan bukan hanya makanan saja, obat-obatan dan juga vitamin dibutuhkan supaya pemulihan berjalan efektif. Karena tidak ada yang bisa diminta tolong, orang yang isoman harus nekat keluar. Radar Lamsel beberapa kali menemukan orang-orang yang terkonfirmasi Covid-19, tapi tetap keluar. Ketika ditanya, alasan mereka sama. Nekat keluar rumah karena ingin membeli kebutuhan. Sebab, jarang ada kerabat yang akan membantu ketika mereka sakit. Apalagi mereka menderita virus Covid-19. Alasan semacam itu memang bisa dipahami. Rata-rata, masyarakat yang isolasi mandiri memang diwajibkan mandiri. Mau tak mau, senang atau tidak, tetap harus mandiri. Kebutuhan makanan dipenuhi mandiri, vitamin, dan obat-obatan juga harus dibeli sendiri. \"Enggak mungkin mau nyuruh anak-anak saya, dong. Mereka masih kecil-kecil,\" ujar salah satu warga kepada Radar Lamsel, Kamis (29/7/2021). Warga Kalianda yang meminta namanya dirahasiakan ini mengutarakan keluh kesahnya selama ketika menjalani isolasi. Sejatinya yang isolasi mandiri perlu keluar untuk membeli kebutuhan. Apalagi yang menjalani isolasi sudah sekeluarga. Mau tidak mau mereka harus bepergian untuk membeli kebutuhan. \"Mereka yang di luar pasti tidak paham. Tapi kami juga tidak gila yang niat mau menyebar penyakit ini kepada orang lain,\" katanya. Sebagai contoh, di Kecamatan Penengahan misalnya. Jika warga yang terkonfirmasi Covid-19 ditemukan dari hasil tes PCR atau swab, pemerintah melalui Dinas Kesehatan, dan juga puskesmas akan membantu kebutuhan obat-obatan, vitamin, yang dibutuhkan oleh warga isoman. Selama ketersediaan obat-obatan tersebut masih ada. \"Kalau memadai, kita tetap suplai buat mereka. Tapi kalau tidak ada, mereka beli sendiri dengan cara kita resepkan,\" ujar Koordinator Pencegahan Penyakit UPT PRI Penengahan, Indah Suprihatin. Kalau kasus seperti warga yang sadar sudah memiliki gejala Covid-19, tetapi tidak menjalani tes rapid atau swab, hal itu di luar kendali puskesmas. Indah mengatakan saat ini banyak masyarakat yang menunjukkan gejala seperti Covid-19. Karena takut didiagnosa Covid-19, masyarakat berinisiatif isoman, dan berobat sendiri. \"Ya, kita juga tidak bisa menghitung mereka sebagai orang yang terpapar selama mereka tidak dilakukan tes,\" katanya. Indah menilai masyarakat yang sadar melakukan treatment sendiri, isoman sendiri, dan melakukan pencegahan penularan terhadap orang lain merupakan langkah yang bagus. Cuma, kata dia, tidak dipungkiri juga bahwa masih ada masyarakat yang belum percaya dengan keberadaan Covid-19. \"Makanya sekarang masyarakat harus lebih pandai-pandai menjaga diri. Terapkan anjuran pemerintah tentang protokol kesehatan,\" katanya. Radar meminta tanggapan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan, dr. Wahyu Wibisana. Pentolan IDI kabupaten ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki sejumlah gejala mirip covid-19 belum tentu positif covid-19 sampai yang bersangkutan menjalani tes swab atau PCR. “ Memang nggak bisa langsung dikatakan covid. Kalau hanya demam kemudian pegal-pegal bisa saja itu demam berdarah, tapi kemudian jika orang tersebut mengalami anosmia perasa dan penciuamannya hilang maka bisa menjurus ke posistif covid-19,” terangnya. Namun demikian dokter yang hobi ngetrail dengan motor cross itu tetap menegaskan bahwa masyarakat yang memiliki gejala seperti demam dan pegal-pegal lalu mengalami anosmia baru bisa dipastikan dengan serangkaian tes PCR. “ PCR dulu baru bisa dipastikan. Kalau belum di tes maka tidak bisa dikatakan itu positif covid, tetapi memang inisiatif seseorang yang merasakan gejala itu untuk isolasi mandiri adalah langkah bagus, akan lebih tepat dibarengi dengan tes PCR guna memastikan kepastiannya,” ujar dokter Wahyu.(rnd)Sumber: