Pemilik Pabrik Kesulitan Jual Beras
PALAS – Kenaikan harga gabah selama dua pekan belakangan memang membawa keuntungan bagi petani. Namun disisi lain dampak kenaikan harga gabah ini menjadi keluhan para pengusaha beras di wilayah Palas. Meski harga jual beras ikut mengalami kenaikan, namun para pemiliki pabrik mengalami kesulitan untuk menjual beras. Ali Hidayat (38) salah satu pengusaha beras di Desa Palas Pasemah mengatakan, saat harga beras sudah berada di angka Rp 10.000 per kilogram. Atau mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000 dari harga sebelumnya.
“Iya sekarang harga beras ikut mengalami kenaikan. Dari Rp 9.000 naik menjadi Rp 10.000 per kilogramnya,” kata Ali kepada Radar Lamsel, Senin (26/9) kemarin.Meski begitu, Ali mengungkapkan, kenaikan harga beras ini tak membawa keuntungan. Lantaran pemiliki pabrik mengalami kesulitan untuk menjual hasil beras.
“Biasanya kalau harga Rp 9.000 mudah jualnya. Tapi karena gabahnya naik mau gak mau kita naikan juga harga jual beras. Tapi jualnya susah banyak perusahaan besar di Jawa itu enggak mau beli karena mahal. Padahal harga ini sudah sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah yakni, Rp 10.000 per kilogram,” sambungnya.Ali menduga, hal ini terjadi akibat dampak perekonomian yang belum stabil. Bahkan, kata Ali, sebagian pabrik penggilingan padi berskala kecil berhenti beroprasi lantaran harga gabah yang terlalu tinggi.
“Mungkin karena dampak ekonomi yang belum stabil. Banyak kawan-kawan pabrik kecil yang enggak kerja. Karena itu tadi gabahnya sudah mahal jual berasnya susah,” ungkapnya.Adon (50) salah satu pemilik pabrik beras di Desa Mekar Mulya juga lebih memilih menghentikan aktivitas penggilingan padi di pabrik lantaran harga gabah dari tingkat petani yang tinggi.
“Harga gabah dari petani masih tinggi dikisaran Rp 5.000 per kilogram. Sekarang kita juga enggak kerja, karena kalau mau tetap giling padi jual berasnya juga susah,” pungkasnya. (vid)
Sumber: