DPRD Dorong DPUPR Pakai Anggaran Darurat
WAYSULAN – Jembatan gantung di Desa Mekarsari, Kecamatan Way Sulan akhirnya ambrol usai dihantam banjir. Aktivitas pada jembatan itu terpaksa ditutup sejak Selasa (25/10) kemarin. Kondisi jembatan nyaris putus usai penopang pada dua belah sisi jembatan tergerus banjir. Petani, siswa-siswi dan penduduk Dusun Way Sipin – Desa Mekar Sari harus mencari jalur alternatif. Anggota Komisi III DPRD Lampung Selatan Dede Suhendar mengatakan jembatan itu dibangung dari anggaran PNPM. Sebelum ambrol, jembatan tersebut selayaknya sudah mendapat perbaikan.
“ Sebelum ambrol dan nggak bisa dipakai seperti itu seharusnya dapat perbaikan dari dinas PUPR. Tapi lantaran tidak mendapat perhatian akhirnya alam memberi peringatan. Beruntung tak ada korban jiwa pada saat jembatan itu ambrol,” kata legislator asal way Sulan ini kepada Radar Lamsel, Selasa (25/10).Dede bilang kalau terus-terusan dibiarkan. Masyarakat khawatir banjir susulan akan memperparah kerusakan atau bahkan bisa menghilangkan jembatan yang membentang di atas Sungai tersebut.
“ Kalau tidak segera dibenahi pakai anggaran darurat. Warga khawatir jembatan itu disapu banjir susulan. Sebab cuaca buruk akhir-akhir ini sungguh membahayakan,” pungkasnya.Terpisah, Wakil Ketua II DPRD Lampung Selatan Agus Sutanto menegaskan kalau Dinas PUPR Lamsel tak perlu banyak pertimbangan. Sebab perbaikan jembatan itu bisa menggunakan anggaran darurat yang tersedia.
“ Dinas PUPR kan bisa pakai anggaran darurat untuk memperbaikinya. Jangan nunggu lebih parah lagi. Kalau menunggu pengesahan APBD masih terlalu lama,” kata Politisi Golkar asal Candipuro itu.Apapun yang terjadi, Agus menegaskan masyarakat harus tetap terlayani tanpa pandang bulu. Petani, siswa dan siswi yang hendak berangkat kerja dan sekolah mestilah dipermudah aksesnya.
“ Petani dan pelajar harus memutar apabila harus pergi sekolah dan berangkat ke sawah. Jembatan di Mekarsari itu amat vital selain menghubungkan beberapa desa jembatan itu juga menghubungkan dengan Kabupaten Lampung Timur,” ungkapnya.Akibat terputusnya akses tersebut masyarakat disana harus memutar otak. Bahkan demi agar cepat sampai banyak petani yang nekat menyeberangi sungai nisbi harus memutar jauh.
“ Jalur alternatif ada tapi cukup jauh kalau dibandingkan dengan lewat jembatan gantung ini. Banyak juga petani yang tak bawa kendaraan nekat menyeberangi sungai dari pada harus mencari jalur lain,” ujar Suparman (40) petaniasal Way Sulan. (red)
Sumber: