Camat Natar Pertanyakan Profesionalitas Dewan Juri

Camat Natar Pertanyakan Profesionalitas Dewan Juri

Soal Penilaian Juara Lomba Stand LSF2016

KALIANDA – Camat Natar Dul Kahar mengaku kecewa. Ia tak puas dengan perolehan juara III yang diraih Kecamatan Natar pada lomba penilaian stand terbaik dalam even Lampung Selatan Fair 2016 (LSF2016) yang baru saja berakhir. Bahkan, kekecewaannya itu dia ungkapkan di media sosial (medsos) yang mendapat banyak komentar dari para netizen. Kepada Radar Lamsel, Dul Kahar menyampaikan, selaku pimpinan kecamatan batinnya tidak menerima penghargaan itu. Dia menilai apa yang telah dilakukan jajarannya mulai dari kerja keras dan upaya yang telah dilakukannya tak sebanding dengan hasil yang diterima. “Sungguh batin ini tidak terima, dimana profesionalnya dewan juri yang melakukan penilaian terhadap stand-stand pameran. Apa artinya tema pada Lampung Selatan Fair, kalau toh penilaian dewan juri tidak sesuai,” ujar Dul Kahar kepada Radar Lamsel yang diwawancari melalui sambungan telepon, Minggu (4/12), sore. Dia menuturkan, pihaknya telah berupaya maksimal membuat konsep maupun desain stand sesuai dengan materi yang telah ditetapkan panitia yakni bertemakan tentang “Gerbang Krakatau”. “Terus terang saja, kami sudah serius mengikuti semua materi dari panitia. Mulai dari konsep yang menojolkan keberadaan Bandara Radin Intan diwilayah Kecamatan Natar yang merupakan bagian dari gerbang krakatau yakni melalui lintas udara. Sedangkan, untuk isi stand yang dipamerkan kami mengangkat tentang industri ekonomi kreatif. Bahkan, untuk kedisiplinan waktu pun kami mengikutinya yakni membuka stand mulai dari pukul 09.00 WIB. Jadi kreteria seperti apa sebenarnya yang diinginkan oleh dewan juri,” tanya Dul Kahar. Diungkapkannya, ia secara pribadi sangat ingin sekali memberikan yang terbaik untuk Kecamatan Natar melalui berbagai macam kegiatan dan perlombaan yang selama ini selalu diikuti. Oleh karena itu, tambahnya, ia merasa kurang puas dengan hasil yang telah diraih dalam lomba penilaian stand pameran promosi yang diikuti pada tahun ini. “Kenapa saya protes dengan hasil penilaian lomba stand ini. Karena, kami sebelumnya sudah mendapat informasi bahwa Kecamatan Natar sebagai peraih juara I, Kecamatan Jati Agung juara II dan Kecamatan Kalianda juara III. Tapi pada saat malam pengumuman saya kaget, karena informasi tersebut berubah yang mendapatkan juara I adalah Kalianda, juara II Jati Agung dan juara III Natar,” ungkapnya. Dijelaskannya, jika ingin berbicara jujur segala aspek penilaian yang ada pada stand Kecamatan Natar itu sangat berbeda jika dibandingkan dengan yang ada pada stand-stand milik kecamatan lain. Artinya, segala aspek penilaian itu semuanya ada pada stand Kecamatan Natar. “Yang lebih lucunya lagi, kebanyakan stand-stand kecamatan lain menggunakan gapura milik warisan pada kegiatan pameran di tahun-tahun lalu. Begitupun produk-produk yang dipamerkan, semuanya tidak sebanyak yang dipamerkan oleh kami,” jelasnya. Dul Kahar berharap, untuk kegiatan dimasa mendatang apapun bentuk penilaian yang dilakukan oleh dewan juri harus lebih objektif dan transfaran. Baik itu kriteria penilaian maupun hasilnya. “Untuk dewan juri semestinya melibatkan pihak dari luar peserta. Bila perlu libatkan juga pihak media untuk menjadi penilai. Kami ini jauh bung dari wilayah ujung. Bahkan dana yang kami keluarkan untuk mengikuti kegiatan ini tidak sedikit,” terangnya. “Kami tidak mempermaslahakan hadiah atau piala-nya. Tetapi apa esensi dari kegiatan ini. Ya, kalau hanya sebatas memajang panganan keripik, atau pakaian adat, siger gapura dan lampu kerlap-kerlip, apa yang akan dihasilkan dari kegiatan pameran ini. Makanya Lampung Selatan sulit untuk maju, ya karena begini inilah,” kata Dul Kahar. Sementara itu Sekretaris Kecamatan Kalianda Erdiansyah, SH mengatakan, terkait hasil penilaian lomba stand untuk kategori kecamatan yang menyatakan bahwa Kecamatan Kalianda memperoleh juara I, itu semuanya sudah keputusan dewan juri. Sebab dewan jurilah yang melakukan penilaian secara langsung. “Boleh dibuktikan dan kami siap untuk dikoreksi jika memang terdapat kesalahan dalam penilaian. Jadi tidak benar kalau ada yang mengatakan kami (Kecamatan Kalianda, red) melakukan lobi-lobi ataupun menyogok dewan juri untuk memperoleh kemenangan dalam lomba ini,” terang Erdiansyah yang ditemui Radar Lamsel di Kalibata Coffee, Minggu (4/12), malam. Erdiansyah menambahkan, apalah artinya menang dan kalah. “Kami sudah biasa kalah dan juga menang. Panggung perlombaan ini sudah ditutup, toh masih ada lomba-lomba lainnya untuk meraih kemenangan,” kata Erdi lagi. Dijelaskannya, dalam mengikuti lomba penilaian stand pameran promosi tersebut, pihak Kecamatan Kalianda tampil apa adanya yakni mengambarkan ciri budaya Lampung Selatan seperti dekorasi kebung Lampung, gerbang siger dengan hiasan lampu penjor yang terang benderang, ikon pengantin pesisir dan segala perangkat. “Selaian itu, kami juga menyajikan jajanan kuliner khas Kalianda sebagai kota wisata, menyediakan brosur wisata yang ada di Lamsel, serta produk-produk unggulan UKM Kalianda. Memang tidak dipungkiri setiap malam stand Kecamatan Kalianda selalu dibanjiri pengujung,” jelasnya. “Ya kalau ada yang protes kami mendapatkan juara I itu sah-sah saja. Silahkan ditanya secara langsung ke dewan juri tentang kriteria-kriteria penilaiannya. Sekali lagi kami tegaskan, Kecamatan Kalianda siap untuk dikritik dan dikoreksi kalau memang hasil penilaian dari dewan juri itu salah,” pungkasnya. Sayangnya, saat Radar Lamsel akan mengkonfirmasi soal siapa saja tim penilai lomba stand dalam ajang Lampung Selatan Fair 2016, pihak penyelenggara dalam hal ini Diskoperin dan UKM Lamsel belum dapat dihubungi. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, pada lomba penilaian stand terbaik pada ajang Lampung Selatan Fair 2016 untuk kategori kecamatan juara I diraih oleh stand Kecamatan Kalianda, Juara II Jati Agung dan Juara III Kecamatan Natar. (iwn)

Sumber: