Pananganan Difable Harus Sepenuh Hati

Pananganan Difable Harus Sepenuh Hati

International Day of Person with Disabilities (IDPwD) atau hari internasional penyandang disabilitas yang jatuh pada 3 Desember lalu, membuat salah seorang muli asli Lamsel bersuara sebagai bentuk perhatian terhadap penanganan serta perlakuan difable sejauh ini. Tara F. Rozika namanya. Dara cantik asal Desa Sidodadi, Kecamatan Sidomulyo itu terketuk hatinya untuk mengajak kaum muda-mudi yang ada di bumi Khagom Mufakat agar memperlakukan dan memandang difable sebagai bentuk keberagaman dari sisi kemampuan. Bukan memandang sebagai kekurangan apalagi suatu kelemahan. Saat ditemui Radar Lamsel disela-sela kegiatan kampusnya, Tara mengatakan, sejauh ini baik di daerah maupun di kota-kota besar masih sangat minim perhatian dan perlakuan yang sepenuh hati terhadap kaum difable. “Saya rasa pandangan terhadap difable harus diubah, perlakukan mereka dengan sepenuh hati jangan setengah hati,” ujar mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung itu, Sabtu (3/12). Dikatakannya, hak-hak fundamental dan setiap aspek kehidupan para difable dari segi ekonomi, sosial dan politik harus sepenuhnya menjadi perhatian masyarakat. Sebab, kata dia, di era globalisasi peran difable juga berhak mendapat pelayanan dan perlakuan yang layak. “Bukan hanya tugas pemerintah atau instansi terkait saja yang menangani hal tersebut. Namun mindset masyarakat pun harus diubah terhadap pandangan yang negatif bagi keberadaan mereka (difable),” ujar mhasiswi peraih beasiswa Unila itu. Puteri Sulung dari pasangan Roziqin dan Yulita Sari itu mengungkapkan, peringatan IDPwD ini menjadi moment penting untuk mencapai tujuan kesetaraan hak asasi manusia dan kontribusi dalam masyarakat dari kaum difable yang telah dideklarasikan oleh majelis umum PBB pada 1982 silam. “Difable juga bagian dari masyarakat. Sama seperti masyarakat lainnya yang memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Untuk pemerintah, penanganan terhadap difable harus terus ditingkatkan terutama di dunia pendidikan yang saat ini hampir setiap daerah memiliki Sekolah Luar Biasa (SLB),” ujar gadis yang tergabung dalam Mahasiswa Hukum Sayangi Alam (Mahusa) itu. Gadis kelahiran 29 Januari 1998 itu juga tak sungkan memberikan suara dan kritikan untuk tanah kelahirannya yaitu Kabupaten Lampung Selatan. Dibawah kepemimpinan Dr. H. Zainudin Hasan, M.Hum, Tara menggantungkan harapannya agar Lamsel terus berbenah dan menjadi daerah yang bisa berbicara banyak baik di bidang pembangunan maupun sektor pariwisata. Diakuinya, Lamsel saat ini memang berbeda dari tahun sebelumnya. Jika berbicara Lamsel, lanjut Tara, otomatis yang terbesit adalah pesona keindahan Gunung Anak Krakatau (GAK) dan sederet pantai yang terbentang disepanjang serambi sumatera itu. “Keindahan yang ada di Lamsel harus lebih di explorasi oleh pemerintah, masyarakatnya harus lebih ramah dan wellcome jika pariwisata Lamsel ingin dikenal oleh masyarakat luas,” ujar muli lulusan SMAN 1 Sidomulyo itu. Sementara dibidang pembangunan, lanjut dia, misi pemimpin kita sangat baik. Utamanya membenahi infrastruktur jalan yang sejak lama didambakan oleh masyarakat Lamsel. “Hanya sekedar suara pelajar saja, untuk pembangunan di Lamsel harus terus digeber ya pak Bupati, kami masyarakat dan muda-mudi yang sedang menuntut ilmu terus memberikan dukungan dan dorongan untuk Pemkab agar tidak melupakan tujuan utamanya. Salam Lestari,” ujar Tara sembari mengepalkan tangannya bentuk dukungan untuk Lamsel yang lebih baik. (ver)

Sumber: