Harlah NU ke-91 di Sidomulyo, Tanamkan Nilai Religi dan Kebhinnekaan

Harlah NU ke-91 di Sidomulyo, Tanamkan Nilai Religi dan Kebhinnekaan

SIDOMULYO – Peringatan hari lahir (harlah) ke-91 Nadhlatul Ulama (NU) di Kecamatan Sidomulyo cukup meriah, Minggu (29/1) kemarin. Tak hanya kemeriahan, acara yang dipusatkan di Lapangan Desa Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo itu juga menanamkan nilai-nilai religi dan cinta kebhinnekaan terhadap ribuan warga yang memadati lapangan sejak pagi. Peringatan Harlah itu digelar Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Sidomulyo. Hadir dalam kegiatan itu Ketua Syuriah PBNU DR. KH Ahmad Ishomudin, M.Ag yang menyampaikan tausiyah. Selain jajaran PBNU, Ketua PWNU Lampung RM. KH Soleh Bajuri juga nampak hadir. Tak ketinggalan Rais Syuriah Muhdhori Muslim; Ketua Tanfidziyah PCNU H. Nur Mahfud; Katib Syuriah KH. Muhajirin Ahmad serta Sekretaris PCNU Hasan Errezha termasuk seluruh pengurus MWCNU se Lampung Selatan, ketua-ketua badan otonom dan lembaga dilingkungan organisasi Nahdlatul Ulama, serta jajaran Uspika Sidomulyo. Harlah ke-91 ini memang disiapkan pengurus MWCNU Sidomulyo. Serangkaian acara digelar sebelum peringatan puncak Harlah dengan pengajian akbar dan musabaqoh tarbiyah. Diantaranya lomba lagu Indonesia Raya, lomba pembacaan teks pancasila, lomba adzan, lomba hadroh dan lomba nasi tumpeng. Termasuk kegiatan mujahadah sholawatan yang digelar Sabtu (28/1) malam. “Hari ini adalah puncak acaranya,” kata Ketua PCNU Lamsel H. Nur Mahfud kepada Radar Lamsel disela-sela kegiatan kemarin. Menurut Mahfud, sapaan akrab Nur Mahfud, kegiatan Harlah yang dipusatkan di Sidomulyo itu juga sebagai bentuk konsolidasi dan penguatan lembaga. Seluruh masyarakat, kata dia, harus dipagari dari paham-paham radikal yang saat ini mengancam keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa. Apalagi kata dia, saat ini ada skenario pembonsaian struktur NU supaya tak diikuti jamaahnya. “Ini juga menjadi pesan yang disampaikan Ketua Syuriah PBNU DR. KH Ahmad Ishomudin. Persatuan bangsa dan negara menjadi hal yang tak bisa ditawar-tawar lagi,” ungkap dia. Pengajian akbar tersebut, kata Mahfus, juga untuk mengingatkan kepada seluruh masyarakat khususnya warga nadhliyin bahwasannya NU berpegang teguh pada prinsip Islam yang rahmatan lil alamin. Yaitu tawassut (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), i’tidal (tegak) serta tasyawur (musyawarah atau dialog). “Kami berharap bisa menanamkan nilai-nilai religi bersamaan dengan nilai-nilai kebhinnekaan yang ada di negara kita kepada masyarakat yang hadir pada pengajian akbar tahun ini,” pungkas dia. (edw)

Sumber: