Indonesia-Australia Jalin Kerjasama Dibidang Ternak
SIDOMULYO – Hubungan kerjasama Indonesia dan Australia dibidang daging merah dan ternak terus diperkuat. Jalinan itu dibuktikan usai kunjungan pihak Australia ke PT. Juang Jaya Abdi Alam (JJAA) di Desa Kotadalam, Kecamatan Sidomulyo, Senin (6/3) kemarin. Kunjungan dari negara berjuluk negeri kanguru itu tak terlepas dari kunjungan Presiden Joko Widodo ke Australia beberapa waktu lalu terkait beberapa perubahan kebijakan impor ternak. Asisten Menteri untuk Wakil Perdana Menteri Australia Luke Hartsuyker mengatakan, kunjungan ini merupakan rentetan dari hasil kesepakatan dua negara. “Kunjungan Indonesia beberapa waktu lalu ke Australia menghasilkan beberapa kebijakan terkait impor ternak,” kata dia saat berkunjung ke Feedloter PT. JJAA, kemarin. Kebijakan baru itu membuat kedua negara dapat saling membantu khususnya dibidang keamanan pangan dan ternak. “Kerjasama kedua negara merupakan kepentingan yang sangat besar bagi kami,” ujar Luke Hartsuyker. Lebih lanjut Luke Hartsuyker menjelaskan, kunjungannya ke Lampung dan ke Feedloter merupakan rangkaian kegiatan minggu bisnis pemerintah Australia. Minggu bisnis yang dimaksud, lanjut Luke agar bisa menghasilkan dan melahirkan kerjasama berikutnya. Dikatakannya, pemerintah Australia akan kembali menyambangi Indonesia untuk kembali mempererat hubungan kerjasama ini. “Keuda negara cukup sering bertemu dan terus menjalin kerjasama,” katanya lagi. Australia yang memiliki kemampuan menangani ternak dalam kapasitas besar diharapkan bisa berbagi ilmu kepada Indonesia. Sedangkan Indonesia memiliki keahlian dibidang penggemukan sapi. General Meneger PT. JJAA William Bullo mengatakan, salah satu poin kebijakan yang diambil kedua negara adalah tidak membatasi impor bakalan sapi yang akan digemukan Indonesia. “Kerjasama kali ini tidak ada batasan impor bakalan sapi,” kata dia. Untuk mengimpor sapi Australia lanjut William feedloter wajib mendatangkan indukan sapi dengan perbandingan 1 berbanding lima. “Dalam setahun kita dibebaskan mengimpor sapi dengan skala 1 indukan sapi berbanding 5 bakalan sapi,” imbuhnya. (ver)
Sumber: