Pengembangan Kualitas Pendidikan Melalui Laboratorium IPA

Pengembangan Kualitas Pendidikan Melalui Laboratorium IPA

Siwi Triwuryanti, S.Si Pranata Laboratorium SMU Tantangan dunia pendidikan saat ini adalah berhadapan dengan perkembangan teknologi dan komunikasi yang telah mengalami globalisasi. Tantangan ini harusnya menjadi perhatian yang serius oleh stake holder dalam dunia pendidikan. Anak didik harus dipersiapkan menghadapi sebuah kompetisi yang besar bukan hanya antara satu disiplin ilmu, lebih dari itu, kompetisi ini akan berpengaruh kepada sebuah perubahan besar dalam ilmu multidisipliner. Jika kita melihat kondisi pendidikan yang ada di daerah – daerah di Indonesia pada umumnya, sudah menjadi hal yang umum bahwa anak didik sangat kesulitan untuk mempelajari ilmu alam (ilmu pasti), meskipun ada beberapa prestasi yang diperoleh oleh anak – anak didik dalam ajang olimpiade nasional maupun internasional, tetapi secara umum kemampuan terhadap ilmu alam rata – rata  anak – anak didik masih di bawah standar. Kendala umum dalam kegiatan belajar mengajar di kelas adalah sulitnya para peserta didik memahami materi yang diberikan oleh guru sebagai pendidik. Hal ini dapat dipahami sebab kebanyakan cara pengajar ilmu alam hanya berupa buku dan papan tulis, padahal ilmu alam itu adalah sebuah ilmu empiris (nyata) yang harus dibuktikan. Jika anak didik hanya mendapatkan pengajaran hanya dari verbal dan tulisan saja, maka anak didik dipaksa untuk membayangkan ilmu – ilmu empiris tersebut. Akibatnya anak didik hanya mempelajari ilmu alam dengan cara menghafal tanpa mengerti proses empiris dari ilmu alam itu. Hadirnya Laboratorium IPA adalah wahana untuk membuktikan ilmu IPA secara empiris, dimana anak didik diajak secara langsung terlibat dalam pembuktian empiris ilmu tersebut. Apa yang telah didapatkan anak didik di kelas dari pengajaran secara verbal dan tulisan, dapat dikuatkan dan dituangkan dalam praktik di laboratorium. Dari sinialh anak didik mengerti sebuah jawaban tentang pertanyaan ilmu alam dari hulu sampai hilir ( awal sampai akhir). Laboratorium IPA mempunyai peranan penting dalam mencetak anak didik yang mengerti, memadai, dan mampu mewujudkan ilmu alam yang berupa premis – premis dan hipotesa menjadi sebuah realitas yang berguna. Kondisi Laboratorium IPA di Sekolah – Sekolah Laboratorium IPA biasanya ada pada tingkat dasar (SMP), menengah (SMA) dan atas (universitas). Pengelolaan laboratorium IPA harusnya menjadi perhatian yang besar oleh para pengelola sekolah, sayangnya banyak sekolah – sekolah dasar dan menengah kurang memperhatikan kondisi laboratorium IPA secara seksama. Banyak gedung laboratorium IPA kurang representatif untuk digunakan sebagai laboratorium, karena kebanyakan menggunakan kelas – kelas yang disulap menjadi laboratorium. Alat dan bahan praktikum banyak yang tidak memadai dan tidak mendukung untuk diadakan praktikum di laboratorium IPA tersebut. Tidak adanya petugas laboratorium (laboran) yang khusus menangani Laboratorium IPA tersebut, yang kebanyakan hanya ada guru yang difungsikan menjadi petugas laboratorium. Peran dan fungsi laboratorium di SMP dan SMA seakan-akan termarginalisasi hanya menjadi sekedar pelengkap ketika sekolah akan meningkatkan akreditasinya. Jika kita bandingkan dengan kondisi laboratorium IPA di sekolah- sekolah Eropa dan Jepang sungguh sangat bertolak belakang. Di sana Laboratorium lebih memerankan laboratorium sebagai salah satu unsur penting dalam pemahaman ilmu alam. Fasilitas gedung, alat, bahan serta laborannya sudah kompeten di bidangnya. Itulah mengapa kualitas pendidikan mereka lebih mampu menjawab tantangan teknologi yang semakin maju serta pasar global yang semakin kompetitif. Laboratorium IPA sebagai pencetak teknokrat Jika pemerintah daerah kita serius dalam meningkatkan kualitas kelulusan anak didik, maka salah satu langkah diambil adalah merevitalisasi peran laboratorium IPA. Laboratorium IPA seharusnya menjadi wahana bagi anak didik untuk melakukan kreativitas setelah mereka mendapatkan ilmu alam dari kelas. Dorongan untuk melakukan kretivitas tersebut, akan menumbuhkan sikap yang inovatif dari anak didik. Jika terjadi kondisi demikian, maka sangat mudah bagi sekolah – sekolah untuk menghasilkan anak didik yang kompetitif dan kapabel sebagai calon teknokrat. Di samping itu, pemerintah harus mendorong setiap inovasi itu dengan memberikan insentif – insentif berupa penghargaan kepada anak didik/sekolah/guru/laboran yang mendapatkan karya inovasi tersebut, yang lebih penting adalah keberpihakan pemerintah dan sekolah dari sisi anggaran pendidikan yang dialokasikan untuk pengembangan laboratorium IPA di sekolah. Penulis berharap dengan tulisan yang sederhana ini, dapat memberikan saran pada stake holder pendidikan baik tingkat dasar maupun menengah untuk mengembangkan laboratorium IPA guna mencetak teknokrat – teknokrat di Indonesia. Jayalah Laboratorium IPA

Sumber: