Dapat Kejutan Kue Tart Usia 17 Tahun, Purnabhakti Bukan Akhir dari Sebuah Pengabdian
Hj. Fauziah Arief, Pejabat Perempuan Pertama yang Pensiun di Usia 60 Tahun
TIDAK banyak pejabat di Lampung Selatan yang seperti Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Hj. Fauziah Arief. Sebab, diujung masa tugasnya, ia bukan semakin loyo tetapi semakin produktif. Padahal dari sisi usia ia merupakan pejabat paling senior di Bumi Khagom Mufakat. Laporan Edwin Apriandi, KALIANDA GESTUR wajah Fauziah Arief tak bisa ditutupi. Dia nampak sangat kesal, Selasa (12/9) kemarin. Sebab, baru pukul 09.30 WIB seluruh pegawai di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) menghilang entah kemana. Dia yang baru saja pulang dari kegiatan Sespimmen Polri di aula Krakatau tak melihat satu batang hidung pun para pegawainya. Ia lantas menggedor pintu utama. Bahkan ia juga sempat berkelakar ngapain nutup pintu kantor yang seharusnya selalu terbuka untuk siapapun yang datang. Setelah pintu dibuka, ia ternyata mendapatkan suprise dari para pegawainya. Surprise karena ia berulang tahun kemarin. Tak hanya itu, Syaiful Kamal, suaminya, yang juga pensiunan ASN Lampung Selatan juga datang untuk memberikan kejutan. Ya, Fauziah Arief genap berusia 60 tahun, Selasa (12/9) kemarin. Dari usianya sangat jelas bahwa ia merupakan pejabat yang paling tua di Lampung Selatan. Usia itu juga menandakan bahwa dirinya juga genap mengabdi selama 30 tahun di Kabupaten Lampung Selatan sejak dirinya menjadi aparatur sipil negara (ASN) sejak 1986 silam. Kini ia tengah menunggu hari purnabhakti. Dari catatan Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Lampung Selatan, ia pensiun pada 1 Oktober 2017, 18 hari kedepan. Boleh jadi, baru Fauziah Arief-lah, pejabat perempuan Lamsel pertama yang pensiun diusia 60 tahun –batas maksimal pengabdian ASN. Biasanya seorang ASN pada struktural Pemkab pensiun pada usia 56 tahun atau 58 tahun atas perpanjangan masa bhakti selama dua tahun. Namun atas amanat UU ASN, seorang pejabat yang memegang jabatan strategis pada posisi pimpinan satuan kerja masa bhakti bisa maksimal mencapai usia 60 tahun. Sebenanya Fauziah sudah memasuki masa persiapan pensiun (MPP) saat menjabat staff ahli bupati bidang keuangan dan hukum sekitar dua tahun lalu. Saat itu peraturan pemerintah (PP) UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN belum turun. Usulan daftar pejabat yang MPP lantas dikirim ke pemerintah pusat untuk pensiun. Namun nama Fauziah Arief ternyata dikembalikan lagi ke daerah untuk tetap menjabat sebagai kepala dinas. “Saya sangat bersyukur atas apa yang saya dapatkan. Bersyukur atas kesehatan dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk tetap menjalankan amanah,” ucap Fauziah Arief kepada Radar Lamsel di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kemarin. Dia sadar bahwa dirinya sebentar lagi akan pensiun. Namun karena tuntutan amanah yang diberikan kepadanya membuat ia terus menunjukan dedikasi dan pengabdian kepada negara. Bukan justru malas-malasan seperti kebanyakan ASN lainnya. “Lha saya ndak mau toh makan gaji buta. Sebab, saya digaji oleh negara ini setiap awal bulan. Apa yang saya terima harus saya tuntaskan sampai akhir bulan. Ini penting bagi saya,” ungkap Fauziah. Bicara karir, Fauziah adalah sosok perempuan yang menunjukan dedikasi dalam mengabdi. Banyak capaian dan torehan tangan dinginnya untuk kabupaten ini. Hampir setiap perlombaan dikancah nasional tak pernah lepas dari campur tangannya. Itu dia tunjukan tatkala memimpin Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Lamsel. Hingga kini menjabat Kadis Pariwisata dan Kebudayaan pun ia masih terlibat aktif. “Ini soal passion ya. Saya memang gemar untuk mengaktifkan diri. Bukan berdiam diri menjadi penonton. Kalau saya bisa berbuat ngapain jadi penonton. Tetapi tetap harus pada segmen yang bisa saya perbuat ya,” ungkap mantan Asisten Bidang Kesejahteraan ini. Meski begitu Fauziah mengaku selama 30 tahun mendedikasikan diri sebagai ASN ternyata tak membuatnya puas. Sebab, masih banyak hal yang ternyata perlu mendapat perhatian yang kuat dari pemerintah daerah melalui kebijakan-kebijakan daerah dibidang pariwisata. Karena itu ia berharap suksesornya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan benar-benar bisa menyatu dengan semua instrumen kepariwisataan. “Pariwisata itu luas. Kita bukan hanya berbicara mengenai keindahan alam, laut, gunung atau apapun itu bentuknya. Bukan juga soal pendapatan daerah, ya. Tetapi lebih kepada membuat dan/atau membentuk mindset masyarakat kita untuk sama-sama sadar bahwa wisata itu ada dilingkungan kita,” ungkap Fauziah. Selain itu, ia juga berharap agar Disparbud kedepan bisa merangkul semua elemensi yang terlibat dalam dunia wisata. Tak henti memotivasi masyarakat untuk bersama-sama maju dan berkembang. Yang paling penting adalah adanya sinergitas instansi dalam mengelola dan mengembangkan wisata. Sebab, selama ini pengembangan wisata yang dilakukan Lampung Selatan hanya mengandalkan Disparbud sebagai leading sektor. Padahal, kata Fauziah, pengembangan pariwisata adalah cara para pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengelola potensi yang ada menjadi sebuah daya tarik wisata daerah. Misalnya Dinas Pertanian yang memiliki potensi agro wisata bisa dikembangkan sebagai salah satu daya tarik. “Harapan saya kedepan jangan sendiri-sendiri lagi. Sama-sama membangun dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki Lamsel,” ungkapnya. Diujung masa jabatannya, Fauziah Arief memang memegang peranan penting pengembangan wisata di Lamsel. Tiga tahun terakhir dia menggarap pembangunan wisata yang bersumber dari APBN. Seperti tahun 2017 ini Disparbud membangun diving center di Pulau Sebesi. “Tahun depan (2018) kita juga mendapat anggaran sebesar Rp 5 Miliar untuk pengembangan wisata di Lamsel,” kata Fauziah. Fauziah meyakini Lamsel akan menjadi daerah yang pariwisatanya berkembang dimasa yang akan datang. Itu lantaran pemerintah pusat telah menetapkan kabupaten yang dipimpin oleh Bupati H. Zainudin Hasan ini menjadi daerah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dalam pengembangan wisata. Proyeksi KEK ini akan berlangsung hingga 2040 mendatang. “Dimasa depan nanti, daratan yang berada di sepanjang pantai yang tidak atau jarang berpenduduk akan dikembangkan. Pembangunan perhotelan, mall dan fasilitas akan dilakukan antara pemerintah dan swasta,” ungkap dia. Disinggung mengenai rencana pribadi setelah pensiun? Fauziah tersenyum. Dia mengakui tak banyak hal yang direncanakan setelah ia pensiun per 1 Oktober mendatang. “Ingat, purnabhakti bukan akhir dari sebuah pengabdian. Kita bisa tetap mengabdi dimanapun tempatnya. Kalau soal rencana saya mau ngasuh cucu saja lah,” pungkas Fauziah sambil tersenyum. Semangat Fauziah dalam mengabdikan diri di Kabupaten Lampung Selatan diam-diam mendapat perhatian Wakil Bupati Lamsel Nanang Ermanto. Kepada Radar Lamsel, Nanang blak-blakan menilai bahwa Fauziah Arief adalah aset yang dimiliki Lamsel. “Beliau itu aset ya. Kita harus bangga memilikinya,” ungkap Nanang. Menurut Nanang, dedikasi dan kinerja yang ditunjukan Fauziah Arief diujung masa jabatannya harus menjadi contoh para pejabat lainnya di Lamsel. Sebab, Nanang juga mengakui bahwa diusia yang sudah tua, Fauziah Arief masih getol untuk mengabdikan diri dan berkorban untuk Lampung Selatan. “Iya. Saya melihat bukan satu dua pejabat yang sudah malas-malasan saat masuk usia pensiun. Bukan hitungan hari lho, tapi masih setahun dua tahun sudah malas,” ungkap Nanang. Dimata Nanang, apa yang ditunjukan oleh Fauziah Arief adalah sebuah representasi dari revolusi mental ASN dalam menjalankan amanah sebagai abdi negara. “Terus berkarya dan mengabdi. Bunda sudah menunjukan sebuah bentuk kepedulian yang tinggi terhadap daerah. Saya secara pribadi sangat mengapresiasinya,” ungkap Nanang. Tak hanya itu. Nanang juga memuji pergaulan Fauziah Arief yang suple dan luwes dengan seluruh elemensi khususnya dibidang pariwisata. Meski dia mengakui keluwesan itu bisa jadi karena didukung oleh faktor usia yang sangat matang. “Beliau menunjukan banyak hal kepada kita untuk diteladani,” pungkas Nanang. Berbicara pergaulan Fauziah, memang tak ada batasan. Dengan siapapun dia bergaul. Terlebih dengan anak-anak muda di Lampung Selatan. Sebut saja Antonius Dandi dan Yuananda Saputra. Dua mekhanai tahun 2016 ini mengakui bahwa Fauziah Arief luwes dalam bergaul. Saking luwesnya mereka menilai bahwa Fauziah bukan hanya sebatas pembina dalam ajang pemilihan muli – mekhanai melainkan sebagai seorang ibu yang mereka sayangi. Mereka juga menilai komunikasi antara mereka tak pernah terputus meski ajang pemilihan muli – mekhanai sudah berakhir. Kenergikan Fauziah Arief di usia yang sudah 60 tahun juga diamini kedua pemuda ini. Bahkan pengakuan itu mereka tunjukan dengan kue tart ulang tahun dengan lilin yang berangka 17 bukan 60. “Ini bukan angka sembarangan bang. Ini adalah sebuah tanda yang kami nilai bahwa bunda ini style-nya masih seperti anak-anak usia 17 tahun, padahal usianya 60 tahun. Abisnya bunda bisa bergaul sama siapa saja sih,” ungkap Dandi. (*)Sumber: