Meraih Cita Melalui Jembatan Gantung Maut 

Meraih Cita Melalui Jembatan Gantung Maut 

GEDONGTATAAN - Menuntut ilmu untuk meraih cita-cita dengan penuh perjuangan sekalipun nyawa menjadi taruhannya dilakukan oleh puluhan siswa-siswi Sekolah Dasar (SD) Negeri Cipadang di Desa Cipadang, Kecamatan Gedongtataan, Kabupaten Pesawaran. Bagaimana tidak, untuk mencapai sekolah tepat waktu, para pelajar SD yang terhitung masih bocah terpaksa harus bergelantungan di atas sebuah jembatan gantung yang sudah rusak akibat dihantam banjir bandang sekitar satu tahun lalu. Berdasarkan pantauan wartawan koran ini di lapangan, hanya dengan memegang seutas seling baja yang terbentang sepanjang 35 meter dan di atas ketinggian sekitar 6 meter dari aliran sungai Way Padangratu yang menghubungkan Dusun Ciarum dengan Dusun Cipadang, para pelajar SD dan warga setempat harus ekstra hati-hati ketika menyeberang. Dengan tangan harus memegang erat seling baja, satu persatu kaki harus melangkah dengan memijak sebuah papan yang telah lapuk dan hanya ditopang sebatang besi tua. Dan rasa takut sudah menjadi teman keseharian warga Desa Cipadang dan murid-murid sekolah dasar saat akan berangkat ke sekolah. Para pelajar SD dari Dusun Ciarum yang hendak menuju ke sekolah di Dusun Cipadang terpaksa harus melewati jembatan gantung tersebut lantaran jika harus melalui jalan lain, maka harus memutar dengan jarak tempuh yang cukup jauh dengan melewati jembatan besi yang berada diareal perkebunan karet milik PT. Perkebunan Nusantara (PN) VII. Terlihat, hampir seluruh kondisi jembatan gantung tersebut dalam keadaan rusak parah dengan banyaknya bagian jembatan yang rapuh dan bolong disana-sini. Bahkan, ada sebuah lubang yang menganga cukup besar pada bagian tengah jembatan, dan tentu saja hal ini sangat beresiko bagi para pelajar yang melintas jembatan gantung tersebut. Untuk bisa sampai diseberang jembatan, para pelajar dan warga harus berjalan di sebuah papan lapuk dan sebatang besi yang masih tersisa, itupun harus sambil berpegangan erat pada seutas seling baja penyangga jembatan tersebut. Ya, bertaruh nyawa untuk menuntut ilmu, bisa dibilang seperti itu kondisi yang dialami oleh para pelajar dari Dusun Ciarum. Putra (10), salah seorang siswa Sekolah Dasar Negeri Cipadang yang setiap hari melintasi jembatan gantung tersebut mengaku merasa takut ketika hendak berangkat ke sekolah. Dirinya dan teman-teman lainnya merasa khawatir jembatan gantung tersebut akan putus saat dirinya melintas. \"Memang ada jembatan besi, tapi jaraknya sangat jauh dan memutar diareal perkebunan karet PT. PN VII, tapi kami takut terlambat sampai ke sekolah.  Jika melewati jembatan gantung ini bisa ditempuh hanya dengan waktu 10 menit maka sudah sampai ke sekolah,\" ujar Putra, kemarin. Sementara, Alfian (40) salah seorang warga Dusun Ciarum mengatakan, jembatan gantung tersebut sudah sekitar satu tahun yang lalu mengalami kerusakan sejak dibangun pada tahun 2015, dan juga sudah beberapa kali dilakukan perbaikan secara swadaya oleh masyarakat. Namun sejak dihantam banjir bandang beberapa waktu lalu hingga saat ini belum dilakukan perbaikan. \"Jembatan gantung tersebut belum pernah tersentuh perbaikan oleh pemerintah setempat meski lokasi jembatan ini tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Pesawaran. Padahal, jembatan gantung ini merupakan akses penghubung terdekat bagi masyarakat antar dusun yang ada di Desa Cipadang. Warga sangat berharap kepada pemerintah agar segera memperbaiki jembatan gantung tersebut sehingga tidak membahayakan warga dan anak-anak ketika melintas menuju ke sekolah,\" harapnya. (Jo/Esn

Sumber: