WK Diminta Tidak Kesampingkan Hak Warga
Miris, Pemkab Hanya Bisa Memberi Teguran
WAYSULAN – PT. Waskita Karya (WK) kembali mendapat teguran lantaran buruknya kondisi jalan yang dilalui proyek JTTS didusun II, Desa Sumberagung, Kecamatan Way Sulan. Kemarin, Camat Way Sulan Tri Mujianto memanggil pihak Waskita Karya untuk segera mengeraskan jalan yang licin akibat diguyur hujan. Pemanggilan itu tak lepas dari keluhan siswa-siswi yang kesulitan melintas saat hendak pergi kesekolah karena kondisi jalan tanah yang licin. “Pengawas lapangannya kami panggil, apabila tak sanggup membereskan jalan itu maka jangan salahkan kami kalau amarah warga tak bisa dibendung,” tegas Tri Mujianto kepada pihak Waskita Karya di Kantor Kecamatan Way Sulan, kemarin (21/2). Ada dua poin yang dilayangkan kepada rekanan JTTS diwilayah tersebut. Antara lain, setiap jalan yang tertimbun tanah harus segera dikeraskan, dan ketika hujan lebat pelaksana proyek harus menurunkan alat berat untuk mengeruk tanah liat yang licin. “Intinya dua poin itu harus dikerjakan, jangan sampai mereka (PT. Waskita Karya) mengesampingkan hak normatif warga sebagai pengguna fasilitas jalan,” sebutnya lagi. Hal senada dikatakan Kades Sumberagung Joko Prasetyo. Menurutnya solusi itu adalah yang terbaik. Sebab, warga hanya meminta agar kondisi jalan tidak licin maka tugas rekanan membereskan persoalan tersebut. “Ketika cuaca sudah mulai hujan maka segera dilakukan penimbunan dengan material batu sabes supaya jalan tidak licin dan tidak menyulitkan warga melintas,” ujarnya. Orang nomor wahid di Sumberagung itu mengaku kecewa apabila kesepakatan ini tidak dipatuhi oleh rekanan. Disamping JTTS tengah dikebut penyelesaiannya, disamping itu pula akses untuk warga diperhatikan. “Keduanya harus balance (imbang ‘red) kalau timpang sebelah maka anggapan warga barang tentu rekanan abai, meski cuaca kadang tak bersahabat. Toh meskipun kondisi jalan berupa tanah merah asalkan kering maka tak jadi masalah, yang jadi masalah ketika jalan tanah itu diguyur hujan. Itu yang perlu dibenahi,” imbuhnya. Sementara Pengawas Lapangan JTTS wilayah Way Sulan Rambun menyanggupi kesepakatan tersebut. dikatakan ia bersama timnya akan melakukan pengerasan dan sebisa mungkin mengantisipasi jalan licin dengan menimbun jalan menggunakan batu sabes. “Kami menyanggupi, saya akan instruksikan para pekerja untuk menyiapkan material sabes disekitar jalan sebagai bentuk antisipasi saat hujan datang. Sebab pengerasan beberapa waktu lalu kini telah tertimbun tanah, hujan yang mengguyur seharian menyebabkan jalan sepanjang 20 meter itu sulit untuk dilewati,” tandasnya. Sebelumnya, Warga Dusun II Desa Sumberagung, Kecamatan Way Sulan kembali dilema. Itu disebabkan kondisi licin yang dialihkan lantaran pengerjaan fly over JTTS diwilayah itu belum juga rampung. Pantauan Radar Lamsel, Selasa (20/2) pukul 07.15 WIB, banyak siswa sekolah yang kesulitan untuk melintasi jalur tersebut dan terpaksa terlambat ke sekolahnya. Lain halnya reksi yang disampaikan oleh Asisten Ekobang Setdakab Lamsel Ir. Mulyadi Saleh saat dikonfirmasi Radar Lamsel, kemarin. Menurutnya Pemkab Lampung Selatan sepertinya tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi keresahan masyarakat soal kerusakan jalan akibat pengerjaan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yang tengah berlangsung. Teguran secara lisan dan tertulis kepada pihak rekanan terkesan tidak dihiraukan. Salah satu contoh kondisi yang terjadi di Desa Sumberagung, Kecamatan Way Sulan. Kondisi jalanan licin akibat pengalihan pengerjaan fly over JTTS yang belum juga rampung membuat warga dan pengguna jalan mengeluh. “Kami sudah melihat langsung kondisi jalan disana. Memang sangat memprihatinkan. Pengguna jalan harus ekstra hati-hati saat melintas dijalan itu. Kami sudah tegur rekanan agar membersihkan jalanan itu supaya masyarakat tidak ada yang menjadi korban. Sempat langsung mereka bersihkan. Tetapi sekarang ini masih terjadi lagi keluhan dari pengguna jalan. Artinya rekanan ini harus ditegur dulu baru melakukan tindakan,” kata Pihaknya tidak memungkiri jika sangat sulit melakukan koordinasi dan komunikasi terhadap rekanan JTTS yang tengah mengerjakan megaproyek diwilayah Khagom Mufakat. Dia juga mengakui masih banyak ruas jalan yang rusak akibat dampak dari percepatan pembangunan jalan bebas hambatan tersebut. “Kami selalu menyampaikan apa yang dikeluhkan masyarakat berdasarkan bukti di lapangan. Bisa dibilang kita ini yang paling ribut soal masalah seperti ini. Walaupun secara kasat mata kita belum melihat tindakan nyata dari rekanan. Mereka hanya melakukan antisipasi cepat sebatas penimbunan atau penyiraman jalan saat berdebu. Kami juga bingung,” terangnya. Bahkan, lanjutnya, pemkab sendiri tidak pernah mengetahui sejauh mana progres pembangunan JTTS hingga saat ini. “Kita tidak pernah tahu berapa kilometer lagi yang belum selesai termasuk pembebasan lahannya. Kita minta juga tidak pernah digubris. Padahal, kami hanya ingin tahu supaya masyarakat yang bertanya bisa kami jawab. Data kerusakan jalan yang ada akibat dampak jalan tol kami cari sendiri,” lanjutnya. Namun demikian, pihaknya siap mengkawal rekanan JTTS agar segera memperbaiki sejumlah ruas jalan yang rusak. Bahkan, beberapa kali permuan antara pemkab dan rekanan juga telah dilakukan untuk membahas hal tersebut. “Perjanjian tertulis ini yang sudah kita pegang. Kalau rekanan langsung pergi setelah JTTS selesai, kami akan meminta pertanggungjawaban dari Kementerian PUPR. Karena, jelas dalam aturannya mereka harus memperbaiki akses jalan yang rusak akibat pengerjaan proyek tol ini,” pungkasnya. Diberitakan sebelumnya, Warga Dusun II Desa Sumberagung, Kecamatan Way Sulan kembali dilema. Itu disebabkan kondisi licin yang dialihkan lantaran pengerjaan fly over JTTS diwilayah itu belum juga rampung. Pantauan Radar Lamsel, Selasa (20/2) pukul 07.15 WIB kemarin, banyak siswa sekolah yang kesulitan untuk melintasi jalur tersebut dan terpaksa terlambat ke sekolahnya. Meri (14) salah satu siswi SMP yang berjalan kaki ke sekolah mengaku kesulitan untuk melewati jalan licin tersebut. Pasalnya hampir seluruh badan jalan kondisinya licin akibat diguyur hujan seharian penuh. “Ya terpaksa mau tidak mau harus lewat sini, resikonya pasti terlambat datang kesekolah. Untuk yang naik motor sih enak, sepatunya nggak kotor-kotor amat,” ucap Meri kepada wartawan koran ini. (ver/idh)Sumber: