Normalisasi Way Katibung Harus Segera Direalisasikan !

Normalisasi Way Katibung Harus Segera Direalisasikan !

Lima Hektar Tanaman Padi Terancam Puso

KALIANDA – Banjir yang melanda areal persawahan di wilayah Kecamatan Candipuro memang sudah menjadi langganan setiap tahun saat musim penghujan. Normalisasi sungai Way Katibung adalah langkah yang harus segera direalisasikan Kementerian PUPR untuk mencegah musibah tersebut tidak lagi menghantui para petani. Hal ini diakui oleh Plt. Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamsel Puadi saat dikonfirmasi Radar Lamsel terkait musibah banjir yang melanda puluhan hektare padi di Kecamatan Candipuro, kemarin. Jika normalisasi sungai Way Katibung tidak segera dilakukan, maka musibah banjir akan terus melanda lahan pertanian di wilayah tersebut. “Langkah satu-satunya adalah normalisasi sungai Way Katibung. Tidak ada lagi antisipasi lain. Sebab, jika hujan lebat turun diwilayah yang lebih tinggi dampaknya sungai meluap dan membanjiri lahan pertanian di wilayah itu,” ungkap Puadi melalui sambungan telepon, kemarin. Puadi sendiri telah turun ke lapangan untuk meninjau banjir yang melanda puluhan hektare tanaman padi yang berusia antara 30 – 55 hari di wilayah tersebut. Berdasarkan informasi yang dia peroleh, normalisasi sungai akan dilakukan kementerian terkait pada tahun ini. Namun, pihaknya belum bisa memastikan hal itu karena perlu koordinasi dengan leading sektor terkait. “Mudah-mudahan normalisasi sungai Way Katibung benar akan dilakukan tahun ini. Supaya, penderitaan para petani kita tidak terus-terusan terjadi. Kita di kabupaten hanya bisa mengkawal program ini supaya tidak ditunda lagi. Karena, yang memiliki kewenangan adalah dari DAS Way Sekampung melalui Kementerian PUPR,” imbuhnya. Meski dilanda banjir, Puadi memastikan kondisi tanaman padi milik warga masih aman. Dengan catatan, intensitas hujan diwilayah itu berkurang. Sebab, sejauh ini sudah terdapat beberapa wilayah yang surut. “Kalau masih direndam banjir 2 – 3 hari kami pastikan tidak akan menyebabkan gagal panen (puso’red). Tetapi, kalau hujan lagi kita tidak bisa berbuat banyak. Karena ini kondisi alam dan memang sedang musim penghujan,” bebernya. Dia melanjutkan, para petani di kawasan itu tidak perlu khawatir jika tanaman padinya mengalami fuso. Sebab, seluruh kelompok tani di kawasan tersebut telah mengikuti asuransi usaha tanaman padi (AUTP). Sehingga, jika padi telah dinyatakan fuso oleh Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) maka DTPHP akan memfasilitasi untuk melakukan klaim terhadap pihak ketiga. “Kerjasama antara kelompok tani AUTP dan pihak asuransi ini memang memiliki keuntungan. Jadi, petani disana sudah tidak terlalu khawatir. Seluruh biaya mereka akan ditanggung jika mengalami fuso. Kami akan membantu sepenuhnya para kelompok tani dikawasan itu apabila gagal panen terkena musibah banjir ini,” tukasnya. Dikonfirmasi terpisah, Kepala DPUPR Lamsel Anjar Asmara belum bisa memastikan apakah program normalisasi sungai Way Katibung akan dilakukan pihak kementerian pada tahun ini. “Segera kami koordinasikan lagi ke pusat. Kami akan kawal supaya petani diwilayah itu tidak terus-terusan merugi,” pungkas Anjar melalui sambungan telepon. Sebelumnya diberitakan, intensitas hujan yang mengguyur wilayah Lamsel menyebabkan banjir merendam sekitar 20 hektar tanaman padi didua desa di Kecamatan Candipuro. Lahan persawahan yang terendam meliputi Desa Sinar Pasemah dan Desa Karyamulyasari, Kecamatan Candipuro. Akibatnya, puluhan hektar sawah terendam air setinggi tanaman padi yang masih dalam fase vegetatif usia 30 hari. Kasno (40), petani asal Dusun Sindangsari, Desa Karyamulyasari menuturkan, banjir diperkirakan menggenangi sawah petani pada Selasa (20/2) dinihari. “Senin (19/2) sore kemarin kan hujan deras, akibatnya air sungai meluap dan menggenangi sekitar 10 hektar sawah di Karyamulyasari,” kata dia kepada Radar Lamsel, Selasa (20/2) kemarin. Dijelaskan Kasno usia tanaman padi miliknya sekitar 30 hari sejak musim tanam pada Januari lalu. Luapan air sungai Way Katibung katanya tak mampu dibendung oleh tanggul penangkis hingga menyebabkan sawah terendam. “Biasanya Karyamulyasari aman dari banjir, mungkin karena curah hujan seharian akibatnya debit air tak mampu lagi dibendung oleh tanggul dan meluber,” sebut dia. Sementara, sekitar lima hektar tanaman padi yang baru berusia 2-10 hari terancam puso akibat luapan sungai Way Katibung yang merendam puluhan hektar sawah di Kecamatan Candipuro. Dari total 79 hektar yang terdampak banjir, 5 hektar diantaranya adalah padi yang baru ditanam. Apabila banjir belum surut hingga tiga hari atau hingga Jum’at (23/2), maka 5 hektar tanaman padi tersebut dipastikan puso. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Candipuro Hardi mengatakan, bila tidak terjadi banjir susulan hingga tiga hari kedepan maka padi milik petani kemungkinan selamat. Namun, kata dia, yang paling beresiko puso berada di Desa Sinarpasemah karena disana terdapat padi yang baru ditanam sekitar 2 – 10 hari. “Yang paling beresiko di Sinarpasemah, belum bisa diklaim puso tetapi itulah yang paling riskan bila melihat kadar usia tanamannya,” kata Hardi usai mengunjungi lokasi banjir di Desa Sinarpasemah, Kecamatan Candipuro, Rabu (21/2) kemarin. Hardi melanjutkan, tanaman yang masih berusia kurang dari 10 hari tidak bisa bertahan apabila terendam lebih dari tiga hari. Pihaknya akan melakukan pantauan hingga Jum’at mendatang apakah hujan  kembali turun atau tidak. “Yang terendam memang puluhan hektar tapi setelah ditinjau, hampir sebagian berangsur surut karena sejak kemarin hujan tidak turun. Kami baru akan melaporkan kepusat apabila banjir susulan kembali datang, untuk saat ini baru sebatas pendataan saja,” ucapnya. Sementara itu Kepala UPT DTPHP Kecamatan Candipuro Legiyem menerangkan sebagian petani yang sawahnya terendam banjir mengasuransikan lahan pertaniannya namun hanya sebagian tidak menyeluruh. “Sebagian ada yang mengasuransikan, sementara sawah yang beresiko puso statusnya tidak diasuransikan. Tetapi setelah kami lakukan peninjauan bersama Kadis Pertanian kondisi banjir sudah berangsur surut, mudah-mudahan saja cuaca cerah hingga tiga hari kedepan agar tanaman bisa diselamatkan,” imbuhnya. Camat Candipuro Wasidi yang ikut memantau lokasi banjr menjelaskan Candipuro memang menjadi wilayah langganan banjir. Terdapat lima desa yang memang riskan terdampak banjir, kelima desa itu mulai dari Desa Sinarpasemah, Beringinkencana, Cintamulyoa, Karyamulyasari dan Banyumas. “Sekitar pukul 01.00 WIB dinihari sebelum terjadi banjir kami melakukan pantauan. Kemudian baru pagi harinya mendapat laporan puluhan hektar terendam banjir. Bersama Danramil dan Kadis Pertanian sudah turun kelokasi melihat langsung situasinya, total kerugian masih didata,” ujar mantan Sekcam Sidomulyo ini. Diketahui, sungai Way Katibung yang meluap disinyalir masuk melalui pintu masuk air yang tidak ditutup kembali oleh petani. Sehingga air masuk maupun keluar melalui pintu tersebut. Itu dibenarkan oleh Kades Sinarpasemah Puji Purwantoro, dijelaskan tanggul penangkis tidak jebol akan tetapi ada keteledoran petani yang setelah membuka pintu masuk air tidak menutup kembali. “Seharusnya kalau sudah dibuka segera ditutup kembali, ini menjadi bahan evaluasi bersama. Sebab air surut juga melalui jalur tersebut,” tandasnya. (idh/ver)

Sumber: