Promosikan Kopi Gunung Rajabasa Melalui Komunitas Pecinta Kopi
PENENGAHAN – Kopi asal gunung Rajabasa diklaim memiliki kualitas yang bagus dan keunggulan. Kopi gunung Rajabasa juga tak kalah jika dibanding dengan kopi ternama asal daerah lain. Hal ini yang sudah dibuktikan oleh Tri Budiyanto, penikmat kopi asal Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan yang sedang merintis usaha dengan mengandalkan kopi dari Gunung Rajabasa. Dalam usahanya, Budiyanto mencoba mempopulerkan kopi gunung rajabasa yang dianggap masih natural dan mempunyai citarasa yang kuat jika dikelola dengan benar. “Saya hanya mencoba berinovasi mengisi waktu luang.Kebetulan saya juga ikut di organisasi kopi nusantara,” kata Budiyanti kepada Radar Lamsel, Selasa (27/2) kemarin. Melalui organisasi kopinya, Budiyanto kemudian mencoba mengenalkan brand (kopi gunung rajabasa) kepada sejumlah komunitas yang bergabung di organisasi pecinta kopi itu. Menurutnya, semua rekannya di organisasi menyambut baik kopi yang diberi nama Krakatoa Coffe itu. Saat ini, Budiyanto masih menunggu hasil uji lab dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember, Jawa Timur. Ini dilakukan untuk mengetahui level kopi Gunung Rajabasa. “Ya, masih menunggu. Karena saya ingin tahu, sampai pada level berapa sebenarnya kopi kebanggan kita ini,” lanjutnya. Soal pemasaran, Budiyanto mengaku masih belum melakukannya secara terang-terangan. Sejauh ini ia baru memasarkan kopi buatannya itu kepada komunitas-komunitas pecinta kopi di berbagi daerah diluar Lampung. Meski begitu, komunitas yang mencicipi kopinya tak main-main, para komunitas itu berasal dari kota-kota besar seperti Surabaya, Malang, Yogyakarta, Kuningan, Bekasi dan Tangerang. “Tapi hanya sebatas para penikmat kopi dan pemilik warung kopi, sambil meminta respon dan arahan mereka tentang cara mengolah kopi, dan itu saya rangkum untuk menemukan ciri khas kopi Rajabasa,” katanya. Selain menjalin hubungan dengan komunitas pecinta kopi, Budiyanto juga banyak menjalin hubungan dengan para pengolah kopi, seperti kopi aceh, kopi luwak Lampung Barat, kopi kerinci, Temanggung, kopi ijen dan lain-lain. Dari situ, Budiyanto mengaku memiliki banyak pelajaran tentang kopi dan bisa mengetahui sejauh mana kualitas dari kopi Gunung Rajabasa. “Kopi kita cukup unggul dari segi citarasa dan aroma, hanya yang jadi masalah itu cara panen, pasca panen, dan penyimpanan kopi kita belum sesuai SOP. Dan saya mencoba memberi masukan kepada petani, agar kedepan lebih diperbaiki cara-cara pengelolaan kopinya supaya kualitas kopi kita lebih baik,” terangnya. Melalui hal-hal mendasar seperti itu, Budiyanto mencoba memperkenalkan kopi Gunung Rajabasa dengan membangun brand kecil-kecilan an dengan menggunakan lambang Siger Lampung, yang dilabeli Krakatoa Coffe dengan ciri khas tulisan Mountain Rajabasa Robusta Original. “Supaya mereka (orang luar daerah’red) tahu bahwa Lampung Selatan punya kopi yang bisa sejajar dengan kopi kopi lain di nusantara,” ujarnya. Budiyanto berharap, pemerintah jga bisa ikut andil dan memberikan peranan dan bantuan untuk menyediakan tempat sebagai ajang promosi kopi Gunung Rajabasa. Selain bisa membawa brand kopi Gunung Rajabasa, hal ini juga akan membuat para petani kopi mulai bergeliat lagi karena harga kopi akan menjanjikan. “Siapa tahu ada yang orang bisa mengekspor kopi kita, siapa tau suatu saat nanti ada yang mulai melirik kopi gunung Rajabasa, kita tak pernah tahu. Makanya saya ingin pemerintah ikut membantu menggiatkan petani dilereng gunung Rajabasa agar lebih profesional dalam pengelolaannya,” harapnya. Saat ini, Budiyanto masih memproduksi usaha kopinya sendiri yang diberi nama Krakatoa Coffe. Harga eceran perbungkus ukuran 200 Gram untuk original dijual Rp 17.500, kopi pasak bumi (eurycoma longifolia extract) dijual dengan harga Rp 20.000 dan kopi aren (arenga palm extract) dijual dengan harga Rp 17.500.(rnd)
Sumber: