Tanaman Padi di Candipuro Belum Aman dari Banjir

Tanaman Padi di Candipuro Belum Aman dari Banjir

AUTP Candipuro Baru 50 Persen

CANDIPURO – Ratusan hektar tanaman padi di Kecamatan Candipuro masih belum aman dari kepungan banjir akibat luapan air Sungai Way Katibung. Hingga Minggu (11/3) kemarin, luapan air masih menggenangi areal persawahan di Desa Karyamulyasari, Sinarpasemah, Cintamulya, Banyumas dan Beringinkencana. Kepala UPT DTPHP Candipuro Legiyem menjelaskan, banjir yang melanda tanaman padi karena akibat hujan deras dan luapan air Sungai Way Katibung. “Sempat kering kemudian tergenang lagi, karena memang cuacanya masih belum stabil,” kata Legiyem kepada Radar Lamsel, kemarin. Tak banyak yang dapat dilakukan oleh UPT DTPHP apabila normalisasi Sungai Way Katibung belum dibenahi secara keseluruhan. Sebelumnya, kata Legiyem, lahan padi yang terancam puso mencapai 87 hektar. “Kalau belum ada normalisasi secara menyeluruh maka banjir masih tetap menjadi ancaman bagi petani. Solusi terbaik saat ini adalah dengan mendaftar AUTP (Asuransi Usaha Tani Padi),” terangnya. Sementara program AUTP yang dicetuskan Kementerian Pertanian, baru merangkul sekitar 907 hektar lahan di Candipuro dari total 1.708 hektar. “Baru 907 hektar yang ikut AUTP. Artinya bila dipersentasekan hampir mencapai 50 persen. Kami berharap program AUTP dapat menjadi solusi bagi para petani yang takut akan puso akibat banjir,” terangnya. Banjir yang melanda juga dibenarkan oleh Camat Candipuro Wasidi. Banjir kali ini kata dia tak separah tahun 2017 silam yang masuk ke pemukiman warga. “Banjir memang nggak bisa dihindari tapi kita patut bersyukur karena banjir tak sampai merendam rumah-rumah warga seperti yang sudah-sudah,” kata dia. Masih kata Wasidi hujan yang melanda sepekan terakhir seyogyanya dianggap sebagai berkah yang mesti disyukuri. Bukan justru dianggap sebagai momok yang menakutkan. “Maka kami sampaikan kepada masyarakat untuk ikut AUTP sebagai antisipasi, juga memaknai hujan sebagai berkah bukan justru semacam bencana,” terangnya. Pada bagian lain, Penyuluh Pertanian Padi (P3) Kecamatan Candipuro Hardi menjelaskan, belum seluruhnya petani mendaftar AUTP disebabkan berbagai persoalan diantaranya, diantaranya masih banyak petani yang beranggapan premi AUTP terlalu tinggi. “Ada yang beranggapan premi yang ditetapkan terlalu tinggi, padahal secara hitung-hitungan jelas AUTP memberikan perlindungan terhadap tanaman padi yang diproyeksikan mendongkrak swasembada beras untuk Indonesia,” pungkasnya. (ver)

Sumber: