Balajar Menjadi Warga Negara yang Baik, dari Lelaki Lumpuh
Keterbatasan fisik tak jadi halangan untuk seorang Heri Iswandi (33) yang diklaim medis mengidap Polio, untuk taat pada aturan dan menjadi warga negara yang baik. Berikut kisah selengkapnya!.
Laporan Veri Dial Ariyatama, SIDOMULYO.
Kamis (15/3) dimulai sederhana, puluhan gelas kopi sudah mangkrak berkerak diwarung pojok kantor kecamatan. Seperti yang sudah-sudah matahari tampil biasa, bersinar terang membagi-bagikan hawa panasnya kepada penduduk di Kecamatan Sidomulyo. Tiba-tiba muncul petugas kecamatan datang menggendong lelaki lumpuh masuk kedalam kantor. Usut punya usut rupanya lelaki yang didiagnosa mengidap Polio sejak kecil itu hendak melakukan perekaman KTP elektronik, maklum tanpa KTP suara tak berlaku. Heri Iswandi namanya, panggil saja Heri. Ia sudah diklaim lumpuh sejak Balita, sisi positifnya lelaki berusia 33 tahun itu tamat mengenyam pendidikan Sekolah Menengah tingkat Atas (SMA) sedarajat. Ketidakberdayaannya tidak menjadi halangan, kalau ingin berjumpa dengannya, mudah. Lima waktu anak kelima dari enam bersaudara ini ada di Masjid, ia juga aktif mengajar baca Al-Qur’an di Desa Sidodadi Kecamatan Sidomulyo. “Saya datang kesini (Kecamatan ‘red) untuk melakukan perekaman e-KTP. Kan sayang kalau tidak ikut partisipasi pada Pilgub mendatang,” ujarnya kepad Radar Lamsel. Heri tidak minder lantaran penyakitnya itu. Justru tampak kelemahannya dijadikan sebagai kekuatannya untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Pria ini beranggapan tak ada gunanya meratapi kekurangan tapi bagaimana berusaha menjadi orang baik dan diterima oleh lingkungan sekitar. “Kata dokter sih Polio, sedari kecil. Waktu itu sempat juga ada pikiran negatif namun berusaha dihapus dan alhamdulillah urusan pendidikan saya punya ijazah SMA,” ujar dia. Heri beranggapan menjadi orang baik harus totalitas baik dalam sosialisasi maupun remeh temeh yang perlu dilengkapi sebagai warga negara. Seperti melakukan perekaman e-KTP, sebab dirinya mengaku belum punya yang namanya KTP elektronik. “KTP sudah punya tapi kan sudah nggak berlaku, sekarang zamannya e-KTP,” terangnya. Kepatuhan Heri diamini oleh Kades Sidodadi Rahmat Witoto, menurutnya Heri adalah warga yang patuh dan taat aturan. Meski dokter angkat tangan mengobati penyakitnya namun pria itu tetap hidup layaknya manusia normal bahkan melebihi semangat warga yang kondisi fisiknya bugar tanpa kekurangan suatu apapun. “Dia ini menginspirasi, soalnya kelemahannya dijadikan kelebihannya. Bayangkan bila Heri tidak cacat fisik? Mungkin bisa melakukan lebih dari mengajar ngaji. Ini yang patut dicontoh,” ungkapnya. Rahmat melanjutkan, pihaknya sudah sempat berupaya merujuk Heri ke RS spesialis tulang yang ada di Solo, Jawa Tengah. Namun kasus medis yang diderita Heri ini diibaratkan 1 dari 1000. Sehingga dokter pun angkat tangan. “Kami sudah berupaya untuk melakukan pengobatan, tapi memang dokter pun angkat tangan. Ada yang bilang Polio ada juga gangguan tulang punggung,” terangnya. Terlepas dari kelumpuhan dan kekurangan Heri Iswandi, ia dianggap cukup mennginspirasi pemuda seusianya yang sehat jasmani namun minim kontribusi dimasyarakat. Sosoknya kata Rahmat dikenal baik dan rajin terlebih untuk urusan ibadah. “Bukan membangga-banggakan tapi memang begitu nyatanya,” tandasnya. (*)Sumber: