Duh…Giliran Warga Sidowaluyo Keluhkan Jalan Licin

Duh…Giliran Warga Sidowaluyo Keluhkan Jalan Licin

SIDOMULYO – Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) terus dikebut. Sementara pengguna jalan semakin dirugikan dengan kondisi jalan licin tanpa pengerasan. Kali ini, giliran warga Desa Sidowaluyo mengeluhkan buruknya kondisi jalan di Stationing (STA) 40. Jalan kabupaten yang belum lama diperbaiki itu saat ini dalam kondisi licin berlumuran tanah. “ Perjanjiannya dulu setiap jalan rusak atau licin akan segera dibenahi. Tapi nyatanya didekat pembangunan fly over menuju Kecamatan Way Panji tak pernah dikaraskan,” ujar Wayan Nuryana (40) warga Dusun Napal kepada Radar Lamsel, Selasa (17/4) kemarin. Wayan melanjutkan, jalan kabupaten penghubung dua kecamatan itu merupakan akses utama. Tak ada jalur terdekat selain jalur tersebut. “ Siapa saja pasti lewat jalan ini. Petani, guru maupun siswa-siswi mesti lewat jalur ini setiap hari. Setiap hari juga jalan ini berlumur tanah, yang jatuh juga sudah banyak,” ungkapnya. Buruknya akses jalan penghubung Kecamatan Sidomulyo – Way Panji itu diamini oleh Anggota DPRD Lamsel Syaiful Anwar. Ia menilai titik itu merupakan salah satu titik terparah usai setelah STA 47 yang didemo masyarakat beberapa waktu lalu. “ Itu salah satu yang terparah. Jauh dari jangkauan namun cukup vital karena menghubungkan Sidomulyo dengan Way Panji,” kata dia menanggapi. Dewan asal Candipuro ini menilai kerusakan akibat dampak JTTS mulai dirasakan dari Desa Sidorejo hingga Sidowaluyo. Kondisi ini lanjutnya tentu merugikan pengguna jalan, utamanya pengendara roda dua yang harus berpapasan setiap hari dengan truk JTTS. “ Segera ditimbun saja, sudah sering dikeluhkan tapi masih saja tidak responsif. Maka jangan salahkan warga ketika ada aksi demo terkait kondisi jalan licin, seperti di STA 47,” terangnya. Sementara itu Ketua Lembaga Independet Pemantau Anggaran Negara (LIPAN) Yoc Sugiarto menyarankan agar Waskita Karya sebagai pelaksana proyek membentuk tim khusus yang bertugas membenahi jalan setiap harinya. “ Itu mesti dilakukan oleh WK, sebab bila dibiarkan bisa-bisa titik itu menjadi titik rawan konflik. Alasannya jelas karena banyak pengendara terjatuh saat melintas, pengguna jalan berhak protes dan mengkritik,” ujar tokoh masyarakat Sidomulyo ini. (ver)

Sumber: