Polemik Penutupan Akses Jalan Terus Berlanjut

Polemik Penutupan Akses Jalan Terus Berlanjut

Warga Laporkan Soal Akses Jalan Tertutup JTTS

SIDOMULYO – Selama pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS), Pemerintah Kecamatan Sidomulyo telah menerima tiga pengaduan warga akibat akses yang tertutup JTTS. Seluruh pengaduan itu datang dari dua desa yakni Desa Sidomulyo dan Desa Sidowaluyo. Warga yang melapor melaui aparatur desa menginginkan pelaksana proyek JTTS menyediakan akses alternatif atas tertutupnya jalan utama. Camat Sidomulyo Eko Irawan S.STP., membenarkan ada tiga laporan sepanjang berlangsungnya mega proyek yang bersumber dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Nasional (APBN) itu. “ Selama ini sudah ada tiga laporan resmi soal tertutupnya akses warga oleh JTTS. Pertama di Sidomulyo lalu kemudian dua titik di Dusun Napal Desa Sidowaluyo,” kata Eko kepada Radar Lamsel, Rabu (18/7) kemarin. Camat termuda di Bumi Khagom Mufakat ini menegaskan akan berupaya untuk mewujudkan permohonan warga di dua desa itu. Pasalnya kata dia, pihak PT. Hutama Karya (HK) yang sempat bertemu dengan Uspika di stationing 47 memberi sinyal untuk melapor secara tertulis. “ Kita buktikan dulu kebenarannya. Soalnya dari keterangan pihak PT.HK beberapa waktu lalu, sudah ada sejumlah ruas jalan alternatif yang diwujudkan dari permintaan warga,” ungkapnya. Lebih lanjut Eko memaparkan, dua akses yang berada di Desa Sidowaluyo itu sejatinya merupakan akses utama bagi masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian. Untuk itu terusnya, apabila pihak PT. HK tidak membuka akses jalan maka hasil pertanian di wilayah tersebut tak dapat didistribusikan. “ Kita ajukan argumen ini dalam laporan tertulis seperti yang telah dilaksanakan oleh pemerintah Desa Sidomulyo belum lama ini. Kami juga mengisyaratkan akan menembuskan laporan ini ketingkat kabupaten sebagai laporan pengaduan warga terkait fasilitas umum,” terangnya. Terpisah Kepala Desa Sidowaluyo Haroni mengamini dua titik jalan yang tertutup oleh pembangunan JTTS itu berada di Desa Sidowaluyo. “ Jalan Abri dan Jalan Napal. Keduanya digunakan warga untuk akses menuju lahan pertanian,” kata dia. Haroni juga menguraikan pengajuan laporan bukan kali pertama dilakukan oleh warga. Pada 2017 silam juga terdapat laporan warga soal dampak JTTS yang menyebabkan tanaman cabai mati karena debu JTTS. “ Sesuai petunjuk kami membuat laporan tertulis dahulu, untuk ditanggapi pihak pertma (PT.HK ‘red),” tutupnya. (ver)

Sumber: