Plt. Kadis TPHP Klaim Aman, UPT Pertanian Nyatakan 1500 Hektar Terancam Kekeringan

Plt. Kadis TPHP Klaim Aman, UPT Pertanian Nyatakan 1500 Hektar Terancam Kekeringan

KALIANDA – Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Lampung Selatan mengklaim lahan pertanian padi memasuki musim tanam gadu pada tahun ini aman dari kekeringan. Pasalnya, hampir setiap lahan pertanian di seluruh kecamatan telah terpasang pompa air untuk mengatasi lahan kering akibat minimnya curah hujan. Hal ini ditegaskan Plt. Kepala DTPHP Lamsel Puadi kepada awak media usai di Kantor Bupati Lamsel, Kamis (19/7) kemarin. Dia mengatakan, kondisi cuaca pada musim tanam gadu tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya. Sebab, dalam kurun waktu beberapa minggu lalu masih diguyur hujan disejumlah lahan pertanian. Sehingga, air hujan tertampung didalam tanah pada lahan pertanian. “Untuk musim tanam gadu tahun ini kami perkirakan aman. Semua wilayah bisa kami pastikan tidak ada yang kekurangan air. Apalagi, memasuki awal musim kemarau lalu masih ada beberapa wilayah yang diguyur hujan,” ungkap Puadi. Dia menyebutkan, lahan pertanian di Kabupaten Khagom Mufakat ini tidak ada yang termasuk dalam wilayah rawan kekeringan. Sebab, selain lokasinya yang dekat dengan bantaran sungai dan dilengkapi pompa air. “Apalagi petani sekarang ini sudah cerdas dan mengetahui kebutuhan air bagi tanaman padi nya. Dan juga, pompa air disetiap lahan juga terus bertambah untuk mengatasi hal itu. Kebutuhan air untuk tanaman padi juga tidak sampai mereka panen. Kalau sudah lewat masa kritis dalam arti tidak memerlukan air tanaman padi itu bisa bertahan sampai panen. Petani padi sawah sudah sangat mengerti persoalan ini,” terangnya. Lebih lanjut dia mengatakan, jika memang lahan pertanian tersebut sama sekali tidak memiliki stok air atau dekat dengan saluran air seperti sawah tadah hujan diminta untuk beralih dengan menanam palawija. Sehingga, lahan yang ada tetap termanfaatkan dan tidak menjadi lahan bongkok. “Kalau memang dia bukan lahan pertanian padi sawah biasanya memang petani tidak akan menanam padi pada lahan itu. Mereka tetap memanfaatkan lahan pertaniannya dengan beralih menanam palawaija atau sayuran,” pungkasnya. Pernyataan Plt. Kepala DTPHP Lamsel Puadi ini bertentangan yang terjadi di wilayah Kecamatan Sidomulyo. Pasalnya, sedikitnya 1.500 hektar areal pertanian sawah di Kecamatan Sidomulyo defisit air. Bahkan petani dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) berharap peran PU Provinsi untuk pecahkan permasalahan tersebut. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, petani diwilayah itu tengah memasuki musim tanam gadu, kekurangan pasokan air disinyalir disebabkan dua hal yakni penyumbatan irigasi akibat sampah serta adanya fungsi bendung yang masih terlalu kecil untuk menampung debit air dalam jumlah banyak. Kepala UPT Pertanian Sidomulyo Didik memaparkan, sedikitnya 1.500 hektar sawah milik petani mengeluhkan defisit air yang melanda kawasan tersebut. Pasalnya, petani belum bisa memaksimalkan musim tanam gadu apabila kondisi ini masih terjadi. “ Ada dua indikator utama yakni penyumbatan gundukan sampah di saluran irigasi, kemudian fungsi bendung yang masih terbilang kecil untuk menampung debit air bagi ribuan hektar sawah,” kata dia kepada Radar Lamsel, Kamis (19/7) kemarin. Indikator lainnya lanjut Didik, keberadaan pembangunan jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) secara langsung juga mempengaruhi penyumbatan itu. Pasalnya, jalur tol yang berada disekitar irigasi mengakibatkan salah satu penyumbatan di titik irigasi. “ Tak bisa dipungkiri indikator juga disebabkan percepatan pembangunan, disisi lain pembangunan irigasi dari PU Provinsi yang menutup saluran air selama dua bulan turut menyulitkan petani,” ungkapnya. Didik mengharapkan, persoalan ini mendapat respon dari provinsi agar dapat ditindaklanjuti. Sebab, berdasar hitungan kasar kata dia, satu hektar sawah yang tak kekurangan air dapat menghasilkan keuntungan Rp 25 juta. “ Kalau gundukan sampah irigasi dan pengerukan daya tampung diperbesar hasil panen juga dapat meningkat. Karena peran pengairan sangat vital bagi pertanian. Artinya sawah seluas 1.500 hektar bisa menghasilkan keuntungan hingga miliaran rupiah dengan catatan persoalan itu segera diatasi,” sebut dia. Pada bagian lain, Kepala BPBD Lamsel I Ketut Sukerta mengamini bahwa sebulan terakhir telah menunjukan tanda-tanda kekeringan disejumlah wilayah. Pihaknya menghimbau baik warga maupun petani melakukan komunikasi intens guna mengantisipasi dampak kekeringan jangka panjang. “ Hingga saat ini BPBD belum menerima laporan langsung soal persoalan kekeringan ekstrim. Sejauh ini masih terpantau normal, umumnya areal persawahan yang mengalami hambatan pada situasi semacam ini,” tandasnya. (idh/ver)

Sumber: