Sempat Ada Sopir Ingin Menambal Ban, Gelar Coaching Clinic Ilmu Fotografi

Sempat Ada Sopir Ingin Menambal Ban,  Gelar Coaching Clinic Ilmu Fotografi

Kota Kalianda mulai melahirkan pengusaha-pengusaha cafe lokal yang menyajikan beragam makanan dan minuman. Salah satunya kedai Kopi Pacar Hitam yang berada pinggir Jalinsum KM 56 – 57, Dusun Simpur, Desa Kedaton, Kecamatan Kalianda. Laporan Edwin Apriandi, KALIANDA SENJA baru saja terbenam, Jum’at (8/1). Tetapi Bagus tetap sibuk dengan aktivitasnya membersihkan dan menata rapi meja dan kursi di kedai. Disudut kedai sepasang kekasih tengah asik berbincang sambil menikmati kopi dan pisang bakar. Ya, Kedai Kopi Pacar Hitam namanya. Kedai itu baru sebulan terakhir membuka usaha. Disana banyak varian kopi khas Indonesia dijajakan. Mulai dari robusta Lampung, Aceh Gayo, Lembah Baliem, Bali, Toraja Minanga, Toraja Sapan, Toraja Yale, Kattura Kuning, Garut, Flores, Gunung Arjuna hingga Mandhailing. Bagi anda penikmat kopi sejati mungkin tempat itu menjadi destinasi warung kopi yang anda cari. Tak hanya menyajikan kopi dengan citra rasa yang baik, kedai yang menggambarkan cafe ala klasik itu juga menjadi tempat baru yang digandrungi anak-anak muda Kalianda untuk sekedar hangout, ngobrol, bahkan berdiskusi. Interior kedai yang dibuat dari beragam barang bekas menjadi tempat yang mulai menjadi favorite warga Kalianda ini memiliki karakteristik klasik tersendiri. Seperti kursi yang terbuat dari ban bekas, mini bar cafe yang dibuat dari drum bekas, hingga asbak yang dibuat dari kotak kaset. Tak heran pada saat membangun tempat usaha itu ada seorang sopir yang menghampiri kedai untuk menambal ban. “Saya kaget juga. Datang seorang sopir yang berniat untuk menambal ban. Saya ketawa saat itu,” ungkap Arie Oktara, owner Kedai Kopi Pacar Hitam Kalianda kepada Radar Lamsel. Menurut Arie, kedai itu dibangun bersama rekannya Dany Syahrial dan Alan Herlaen. Karena kecintaannya terhadap kopi, usaha itu pun lahir. “Kopi itu minuman kedua yang diminum setelah air putih. Setiap kita pasti punya pengalaman dengan yang namanya kopi. Saya misalnya, pernah juga buka kedai kopi di Jogja sekitar tahun 2007 – 2008an,” kata alumni Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada (UGM) jurusan Ilmu Politik dan Pemerintahan ini. Dari sana Arie makin banyak mengetahui tentang seluk beluk kopi. Dia juga belajar mengenai pengolahan kopi yang baik. Menurut dia, kopi yang diproses dengan baik akan menghasilkan kopi baik. “Sayangnya banyak dari kita yang tidak tahu akan itu. Karenanya, selain berbisnis, kedai juga dibuat sebagai ruang tempat orang-orang belajar tentang kopi dan pengolahannya,” ungkap Arie. Tak hanya itu, warga Kalianda ini mengaku telah terbiasa dengan iklim Jogja yang penuh dengan edukasi dan kreatifitas. Diam-diam ia juga memiliki misi untuk menularkan kreatifitas anak muda dengan menjadikan kedai sebagai wadah bagi para komunitas-komunitas positif kaula muda Kalianda dalam berkreatifitas. “Kami ingin keberadaan kedai tidak hanya sebatas tempat nongkrong dan ngopi. Coaching Clinic gratis tentang ilmu fotografi juga akan dilakukan dalam waktu dekat,” ungkap pemuda yang pernah juga menjadi jurnalis ini. Kedai yang beroperasi sejak pukul 15.00 – 01.00 WIB dini hari ini memang kerap dikunjungi warga Kalianda khususnya para anak muda. Tempat ngopi yang asik dan harga segelas kopi yang murah mungkin menjadi alasan tersendiri bagi masyarakat Kalianda untuk datang menikmati kopi dengan cara yang berbeda dengan sudut kursi ban yang unik. Kopi Pacar Hitam memang mematok harga kopi yang pas dengan kantong anak muda. Rata-rata harga segelas kopi itu seharga 10k – 15k atau sebesar Rp 10 – 15 ribu. Bahkan, Direktur LBH Kalianda M. Husni kerap datang ke kedai untuk menikmati kopi kesukaannya Aceh Gayo. “Tempat ini menjadi wadah baru tempat berkumpulnya anak muda di Kalianda. Selain difasilitasi tempat untuk berdiskusi, kita bisa juga menikmati kopi yang tidak pernah dicicipi selama ini,” ungkap Husni. Husni mengapresiasi kedai kopi yang dapat dijadikan sebagai tempat berdiskusi tersebut. Baik berdiskusi mengenai kreatifitas maupun berdiskusi mengenai pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan. “Sangat jarang tempat yang seperti ini. Terlebih di Kota Kalianda. Mudah-mudahan kedai ini dapat menjadi tempat yang benar-benar refresentatif bagi kemajuan Kalianda,” ungkap Husni. (*)

Sumber: