PGRI Lamsel Pacu Guru Aktif Menulis

PGRI Lamsel Pacu Guru Aktif Menulis

SIDOMULYO – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Lampung Selatan tengah memacu anggotanya untuk aktif menuangkan satu karya berbentuk tulisan. Selain tuntutan profesi, guru berada dilingkungan yang tak asing bagi dunia literasi mulai dari membaca hingga menulis. Sebanyak 51 guru dari 17 kecamatan hadir pada acara bertajuk ‘Pelatihan dan Festival Guru Menulis’. Ketua PGRI Lamsel M. Yamin Daud, S.Pd menuturkan guru merupakan aktor yang bersentuhan langsung dengan dunia baca tulis. Maka sudah selayaknya kemampuan tersebut dipertajam dan diasah hingga dapat menhasilkan karya tulis yang dinikmati banyak orang. “ Menulis itu penting demi memelihara pemikiran. Apalagi guru didapuk sebagai ujung tombak pembentukan karakter, tentu ada buah pikir yang bisa dijadikan bahan tulisan,” sebut Yamin Daud di aula SMAN 1 Sidomulyo, Senin (1/10) kemarin. Yamin begitu sapaan Yamin Daud melanjutkan, setelah pelatihan tersebut diharapkan muncul dari kalangan pengajar yang mampu menyuarakan buah pikir dalam bentuk tulisan. “ Setiap individu punya karaktersitik masing-masing ada yang suka menyoroti kebijakan dengan tulisan, ada pula yang punya pemikiran tapi tak dapat menerapkan dalam bentuk tulisan,” sebut Yamin. Disisi lain Kepala SMAN 1 Sidomulyo Hidayatullah M.Pd mengatakan ada sekian banyak guru yang ingin sekali untuk dapat menulis, namun terbentur soal aturan serta minimnya pengetahuan tentang teknis penulisan. “ Untuk tahap pendidikan yang lebih tinggi karya tulis menjadi kunci kesuksesan meraih titel. Maka kajian-kajian atau agenda semacam ini diperlukan untuk menggugah kemampuan menulis para guru,” sebut dia. Untuk menggali potensi yang dimiliki anggotanya, PGRI Lamsel menggandeng insan pers untuk berbagi pengalaman seputar teknik menulis hingga opsi yang ditempuh untuk memulai penulisan. Veri Dial Ariyatama reporter Radar Lamsel berpandangan bahwa hasil tulisan yang baik mesti diiringi dengan keinginan membaca yang baik pula. Sebab keterbatasan kosakata kerap menjadi kendala mengalirnya tulisan dari satu paragraf ke paragraf lain. “Beruntunglah orang yang suka membaca, sebab dari membaca ia tak kesulitan menyambung kata demi kata. Karena pada kebanyakan kasus keterbatasan kosakata jadi salah satu kendala,” sebut dia. Jebolan UIN Raden Intan Lampung ini memaparkan, faktor lain yang menghalangi seseorang untuk menulis adalah tingkat keingintahuan dan keaktifan bertanya masih rendah. “Biasanya seseorang tidak mulai menulis karena takut salah dan belum mengerti apa itu pokok pikiran hingga bagaimana aturan baku dalam sebuah tulisan. Ketika kerangka tulisan sudah dapat tergambar di pikiran maka mulailah menulis jangan ditunda lagi,”  tandasnya. (iwn)

Sumber: