Abu Vulkanik GAK Sebabkan Mata Perih
RAJABASA – Aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) masih mengeluarkan tremor yang terjadi secara terus menerus. Berdasarkan laporan Volcanic Activity Report (VAR), secara visual gunung api dengan ketinggian 338 mdpl ini masih mengeluarkan sinar api dan lontaran material pijar dengan tinggi 100 – 200 meter. Pemandangan visual lainnya, GAK masih diselimuti kabut0 – III yang menyebabkan asap kawah tidak bisa teramati. Kemudian, status kegempaan GAK mencatat tremor menerus amplitudo 20 – 58 mm, dengan status dominan 58 mm. Sementara itu, laporan meteorologi GAK menyebutkan kondisi cuaca cenderung cerah dan berawan. Arah angin yang bertiup lemah ke arah utara, timur laut dan timur. Laporan itu juga menyebutkan suhu udara mencapai 26 – 31 derajat celsius, dengan kelembapan udara mencapai 29 – 89 persen. Dan tekanan udara 0 – 0 mm Hg. Kepala Pos Pemantau GAK Desa Hargopancoran Andi Suwardi mengatakan, pengamatan sinar api dan material pijar itu dilihat dari visual CCTV pada malam hari. Tremor terus menerus, lanjut Andi, mengeluarkan suara dentuman dan getaran dengan intensitas yang cukup kuat hingga menyebabkan kaca dan pintu pos bergetar. Mengenai debu vulkanik, Andi mengatakan bahwa debu tersebut tak menyebar secara luas ke beberapa kecamatan seperti sebelumnya. Menurut dia, hal itu tidak terjadi karena didukung oleh faktor angin yang cenderung tenang. “Hari ini tidak terpantau, tertutup kabut. Kayaknya debu hanya menyebar di sekitar GAK saja, karena hari ini anginnya cukup tenang,” kata Andi saat dihubungi Radar Lamsel, Selasa (20/11/2018). Sementara itu, abu vulkanik GAK masih banyak tersisa di Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa. Sekretaris Desa Tejang Pulau Sebesi, Syamsiar, membenarkan bahwa masih banyak sisa abu vulkanik dari letsan GAK yang menyebar di wilayahnya. Meski demikian, Syamsiar mengatakan kondisi itu tidak memberikan pengaruh besar terhadap aktivitas warga desa setempat. Apalagi, lanjut dia, hujan yang mengguyur wilayah Pulau Sebesi dianggap membantu warga karena menyapu debu. “Kalaunya debunya masih banyak, tetapi tidak mengganggu aktivitas. Kami tertolong oleh hujan yang membersihkan debu-debu di halaman dan atap rumah warga,” katanya. Syamsiar mengatakan, meski tak mengganggu aktivitas warga, debu vulkanik dianggap membuat warga khawatir. Pasalnya, abu tersebut akan menyebabkan rasa perih ketika mengenai bagian mata. Untuk menghindarinya, Syamsiar mengatakan bahwa warga sudah mempunyai cara untuk mengantisipasi efek abu tersebut dengan memakai pelindung mata. “Ya, timbul efek perih. Makanya kalau warga di sini mau bepergian ke luar rumah atau berkebun, mereka selalu memakai kacamata supaya terhindar dari serangan debu,” katanya. (rnd)
Sumber: