Petani Kakau Minta PPL Cek Penyakit Kakau

Petani Kakau Minta PPL Cek Penyakit Kakau

PENENGAHAN – Petani kakau di Desa Padan, Kecamatan Penengahan meminta petugas penyuluh lapangan PPL yang bertugas di Kecamatan Penengahan turun tangan mengatasi penyakit yang menyerang buah kakau mereka. Permintaan petani ini cukup masuk akal, sebab, penyakit tersebut sudah coba diatasi dengan berbagai cara. Namun upaya telah dilakukan untuk membasmi penyakit yang disebabkan oleh hama penggerek buah kakau (PBK) ini belum terselesaikan. “Kami hanya ingin solusi, petugas cukup memberikan kami isntruksi mengenai apa yang harus kami lakukan. Itu saja, karena kami ingin  masalah ini cepat selesai,” kata Langga (28) petani kakau desa setempat kepada Radar Lamsel, Minggu (2/12/2018). Langga berharap dinas dan instansi terkait untuk terjun langsung menangani masalah penyakit yang sudah menyerang buah kakau selama 4 tahun belakangan ini. “Kemarin dapat solusi dari teman-teman, tapi masih gagal. Jadi sekarang ini kami ingin yang benar-benar solusi, bagaimana caranya supaya penyakit ini hilang,” katanya. Diberitakan sebelumnya, petani kakau di Desa Padan, Kecamatan Penengahan dibuat frustasi oleh penyakit yang menyerang buah kakau mereka. Penyakit ini telah menyerang tanaman kakau petani kurang lebih selama 4 tahun belakangan ini. Hama yang menyebabkan biji kakau menjadi hitam dan berlubang dianggap merugikan petani. Menurut Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Penengahan, Syafruddin, proses penyembuhan dengan menyuntik pohon kakau butuh proses. Tetapi, kata dia, akan lebih baik jika petugas penyuluh lapangan turun dan melihat langsung melihat kondisi buah kakau yang terserang penyakit tersebut. “Itu lebih baik (penyuluh turun ke lapangan). Kalau sudah berbagai cara dilakukan dan penyakitnya masih, berarti dinas terkait memberi bantuan pestisida,” katanya. Syafruddin mengatakan, jika penyakit tersebut terinfeksi dari pentil buah kakau, maka proses penyembuhan itu akan sulit buah yang sudah terinfeksi tidak bisa dipulihkan lagi. Menurut dia, penggunaan obat-obatan juga akan sulit. Satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah membuang eradikasi selektif sudah terkena serangan penyakit. Jika tingkat serangannya dibawah ambang pengendalian, Syafruddin mengatakan bahwa tidak perlu memakai pestisida. Begitu pula sebaliknya, kalau di atas ambang pengendalian maka petani harus memakai pestisida. “Kalau melihat tingkat serangannya harus (pakai pestisida), tapi kami (POPT) tidak bisa merekomendasikan karena kami bukan petugasnya. Baiknya, pihak terkait harus segera mersepons dengan turun ke lapangan,” katanya. Menurut Syafruddin, hal dasar yang harus diubah adalah perilaku petani secara budidaya. Syafruddin mencontohkan, dulu petani tanaman pangan dan hortikultura sering mengalami serangan hama dengan tingkat yang sangat tinggi. Tetapi, kondisi itu berangsur membaik karena petani tidak konvensional seperti kebiasaan sebelumnya. “Sudah berkurang, karena petani sudah menerapkan budidaya tanaman sehat,” katanya. (rnd)

Sumber: