Juru Selamat Tenun Lampung
Sering Diterbangkan Tapis, ke Mancanegara
KALIANDA – Eksistensi kain tenun khas Lampung memang belum punah. Namun tak banyak yang tahu dibalik kelestarian tenun Lampung ada sosok-sosok yang bisa disebut ‘juru selamat’ memelihara kelestarian tenun tersebut. Hj. Roslina Daan yang tak lain adalah Wakil Ketua DPRD Lampung Selatan salah satunya. Wanita kelahiran Jakarta 1959 ini bahkan lebih sering populer lantaran koleksi kain tenun Lampung yang dimilikinya. Satu galery di Kalianda dan satu di Bandar Lampung menjadi bukti kecintaanya terhadap kelestarian tenun Lampung. Bahkan wanita ini menyimpan satu kain tenun yang usianya seudah berabad-abad lamanya. Sebut saja selendang mandauro yang usianya mencapai 100 tahun lebih, kain cucuk andak, kain kaco yang diklaim museum tekstil Indonesia berasal dari abad ke-19, tapis akheng, kain nampai hingga koleksi tenun inuh asli Lamsel dipajang rapi di dua galery yang dimilikinya. Tak heran koleksinya tersebut acap menerbangkan dirinya ke berbagai event pameran kelas dunia yang pernah digelar di Inggris, Australia, Vietnam dan Jepang. Terakhir pada 2017 lalu ia juga sempat menjejakan kaki di kota sarat romansa Venesia, Italia dalam event serupa yang tak lain mempopularkan kain tenun khas Lampung. “Ini menjadi peluang untuk terus mengembangkan kain tapis Lampung kedepan. Mengenalkan tapis Lampung tidak hanya didalam negeri. Tetapi juga diluar negeri karena tapis memiliki pesona tersendiri yang tidak dimiliki oleh kain-kain tradisional dari daerah lainnya,” sebut dia kepada Radar Lamsel, di galery miliknya (11/12) lalu. Sejatinya sikap seperti inilah yang konon dapat menyelamatkan kain tenun dari kepunahan. Sebab beberapa kain kuno tersebut saat ini sudah tak dapat lagi diresycle ulang lantaran tingkat kerumitan tenun serta material yang diperlukan semakin sulit dicari. Bahkan untuk membuat satu kain diantara sederet kain kuno itu Roslina mesti merogoh kocek yang tidak sedikit. Itupun mendatangkan benang tenun dari India. “ Kesulitan kita untuk membuat ulang kain tidak hanya terbatasnya SDM yang kita miliki tetapi bahan-bahan yang diperlukan kadang harus didatangkan dari India seperti kain mandauro,” ungkapnya. Untuk memberdayakan SDM yang ada lanjutnya, dirinya memberi pelatihan terhadap beberapa pengrajin yang sudah pasih mengerjakan tenunan tersebut. Saat ini lanjut dia, sudah banyak anak-anak muda yang mulai menggandrungi teknik menenun. “ Kita tidak boleh psimis, sekarang sudah banyak penenun muda yang enerjik dan semangat untuk melestarikan tenun khas daerah kita dan itu menjadi satu kebanggan tersendiri,” tarangnya. Politisi yang tergabung dalam ASEAN Teks kelompok ibu-ibu pencinta kain trandisional ini optimis bahwa kain tapis bisa dikembangkan. Terlebih saat ini dari kacamatanya para sosialita di Jakarta tak canggung dibalut kain tenun khas Lampung Sampai saat ini Hj. Roslina terus menambah koleksi dan juga mengembangkan kain tapis serta tekstil khas Lampung dengan melibatkan beberapa pengrajin lokal yang ada di Lampung Selatan dan beberapa daerah lain, tujuannya hanya satu. Menjadi juru selamat kain tenun khas Lampung dari kepunahan. (ver)Sumber: