Musim Panen Datang, Petani Meradang

Musim Panen Datang, Petani Meradang

PENENGAHAN – Puluhan petani cabai merah keriting di Kecamatan Penengahan meradang. Hal ini dipicu oleh rendahnya harga jual. Sialnya, waktu ini bertepatan dengan musim panen yang seharusnya menjadi momen bagi petani untuk meraih keuntungan. Rendahnya harga jual cabai merah keriting di Kecamatan Penengahan karena banyaknya panenan cabai di wilayah ini. Saat ini, panen petikan pertama mencapai luas sekitar 50 hektar. Produktifitas petikan dari lahan seluas 50 hektar itu mendapat total cabai dengan berat sekitar 3 ton. Puluhan hektar lahan cabai merah keriting yang telah dipanen berasal dari Desa Tanjungheran, Sukabaru, dan Ruangtengah. Meski jumlahnya mencapai 3 ton, nyatanya hasil itu tak membuat petani bahagia karena harga jual yang dianggap tak sesuai. Pasalnya, harga cabai merah keriting di tingkat petani berkisar antara Rp14.000 - Rp15.000. Sementara di pasaran, harga cabai bertengger diangka Rp17.000 - Rp18.000. Menurut para petani, harga di pasaran adalah angka yang sesuai didapatkan oleh mereka. “Begitulah keadaannya sekarang, nilai jual begitu rendah. Tak sesuai dengan jerih payah yang sudah kami lakukan selama berbulan-bulan,” kata Rudin (43), salah seorang petani cabai kepada Radar Lamsel, Kamis (13/12/2018). Jika kondisi seperti ini terus berlanjut, Rudin meyakini pasokan cabai merah keriting di Kecamatan Penengahan akan berkurang. Dia menilai, petani akan lebih memilih menanam cabai hijau pada musim tanam mendatang. Pilihan yang ditempuh para petani itu dipicu oleh perbedaan harga cabai hijau mentah dengan cabai merah keriting yang sudah matang memiliki selisih harga yang tak jauh berbeda. “Di wilayah Lamsel harganya termasuk yang paling rendah. Petani juga tidak bisa menunggu, saat waktu panen, cabai harus segera dipetik walau resiko harganya murah. Itulah masalahnya,” katanya. Hal senada juga diungkapkan Sopiyan (44), petani lainnya. Sopiyan mengatakan rendahnya harga jual cabai merah keriting terjadi pada November lalu. Waktu penurunan harga cabai yang bertepatan dengan musim panen menimbulkan keluhan karena petani tak bisa berbuat apa-apa. “Paling tinggi dapat harga Rp17 ribu, itu juga sulit. Kami butuh perhatian, kami memiliki harapan kepada pemerintah agar menentukan harga standar yang layak. Kami juga meminta pemerintah memperhatikan pasokan impor dari luar dengan keadaan pasar,” katanya. Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kecamatan Penengahan, Syafruddin, menanggapi keluhan para petani cabai merah keriting soal rendahnya harga jual. Syafruddin mengatakan momen penurunan harga cabai selalu menjadi masalah besar bagi petani. Karena, kata dia, cabai tidak memiliki daya tahan. Ketika waktu panen tiba, maka petani harus segera memetik cabai dari batangnya. “Itulah masalahnya. Coba kita lihat saat harga tinggi, petani pasti disalahkan. Tetapi, pada saat harga tidak ada solusi. Selama ini petani berharap ada standar harga dari pemerintah, tetapi faktanya tidak ada,” katanya. Keadaan pertanaman cabai merah keriting di Kecamatan Penengahan memiliki luas sekitar 86 hektar. Rinciannya di Desa Tanjungheran 56 hektar, Sukabaru 5 hektar, Kelaten 17 hektar, Penengahan 4 hektar, Belambangan 2 hektar, dan Ruangtengah 2 hektar. (rnd)

Sumber: