Trauma Healing dan Sanitasi Jadi Atensi!
KALIANDA – Sepuluh hari pasca terjangan gelombang tsunami, trauma healing dan sanitasi bagi para pengungsi menjadi atensi pemerintah. Dua urusan dalam dunia medis itulah yang saat ini jadi perhatian khusus. Sebab diposko-posko pengungsian keberadaan sarana untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) masih terbatas. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan dr. Wahyu Wibisana mengatakan bahwa, memasuki sepuluh hari pasca bencana kemaslahatan sanitasi mesti diperhatikan guna menjaga pengungsi tetap bugar. “ Saat ini sanitasi yang mesti diperhatikan. Kita bisa lihat dibeberapa posko keberadaan untuk MCK itu terbatas dan kebersihannya pun harus terjaga supaya tidak mengganggu kesehatan para pengungsi,” kata dr. Wahyu kepada Radar Lamsel, Selasa (1/1). Dijelaskan dalam situasi-situasi semacam ini sanitasi menjadi lebih sensitif. Pasalnya banyaknya pengungsi dan interaksi disatu tempat menyebabkan kebersihan tidak begitu terjamin. Untuk itu sambungnya semua elemen baik dari pusat maupun daerah mesti lebih awas dengan sanitasi. “ Kendala kita itu tadi, sanitasi mesti terpenuhi hingga para pengungsi mendapatkan tempat baru atau kembali kerumah masing-masing,” ujar dr. Wahyu usai menyambangi posko pengungsian di Desa Totoharjo Kecamatan Bakauheni. Selain sanitasi, dr. Wahyu menjelaskan IDI dan para pejuang kesehatan lainnya masih fokus pada trauma healing kepada korban tsunami. Selain aktif melakukan trauma healing di posko-posko induk, dr. Wahyu cs juga kerap jemput bola mendatangi pengungsi yang masih berada di desa-desa. “ Kami masih jemput bola untuk trauma healing. Karena masih ada posko-posko yang pengungsinya tidak mau disatukan di posko pengungsian di Kalianda,” ungkapnya. Kendala jarak lanjut dokter asal Kecamatan Sidomulyo itu jadi salah satu faktor menyulitkan bagi timnya. Sebab bila pengungsi berada pada satu sentra pengungsian maka proses trauma healing akan efektif dilakukan. “ Belum efektif karena memang masih ada posko pengungsian yang terpisah. Sehingga dokter maupun relawan lain yang hendak memulihkan psikis dan mental korban bencana harus monitoring dan menyebar ke posko-posko pengungsian,” sebut dia. Orang nomor satu di IDI Lamsel itu melanjutkan, IDI all out dalam memulihkan trauma para pengungsi. IDI tak sendirian, sebab banyak pula kata dia dokter dari berbagai instansi dan relawan yang punya tujuan sama meski berbeda seragam. “ Untuk IDI semua all out, dari masing-masing provinsi mengutus dua perwakilan dokter. Untuk Lamsel semua terjun, banyak juga kami dibantu oleh dokter dari TNI dan instansi lain dengan tujuan kemanusiaan yang sama,” ujar dr. Wahyu usai menghibur salah seorang bocah yang kehilangan orangtuanya akibat tsunami. Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto mengungjungi posko pengungsian korban tsunami di Balai Desa Totoharjo, Kecamatan Bakauheni. Disana Nanang menyapa Repan bocah yatim piatu yang ada pengungsian. Politikus PDIP itu berusaha menghibur dan memulihkan trauma yang dialami Repan dengan sesekali mengajaknya tersenyum didampingi beberapa dokter yang ikut memantau posko pengungsian. “Repan harus kuat ya, harus semangat, supaya bisa mendoakan orang tua Repan. Repan tidak sendiri, banyak yang sayang Repan,” ujar Nanang. (ver)
Sumber: