Jalur ke Pulau Sebesi Dialihkan ke Dermaga Bom

Jalur ke Pulau Sebesi Dialihkan ke Dermaga Bom

RAJABASA – Robohnya Dermaga Canti di Kecamatan Rajabasa membuat nakhoda kapal motor mengalihkan jalur bongkar muat. Mulai Rabu (16/1) kemarin, aktivitas bongkar muat dilakukan di Dermaga Bom, Kecamatan Kalianda. Pantauan Radar Lamsel, ada tiga kapal yang mengunakan jalur di Dermaga BOM, sementara kapal lainnya masih menggunakan Dermaga Canti.           Para nakhoda kapal menganggap jika bongkar muat di Dermaga Bom lebih nyaman ketimbang di Dermaga Canti. Selain bangunan dermaga yang lebih bagus, kondisi laut di Dermaga Bom cenderung lebih tenang daripada di Dermaga Canti. Saat ini, kapal motor di Dermaga Canti dijadikan sebagai tempat pengangkutan barang dan logistik.           “Di sini (Dermaga Bom), kapal bisa memuat penumpang, barang, dan kendaraan. Kalau enak, ya enak di sini. Lautnya tenang, anginnya stabil. Kapal juga enggak terombang-ambing. Kendala Cuma satu, masalah parkir kapal yang sulit karena banyak bagan,” kata Fahmi, nakhoda kapal motor saat ditemui Radar Lamsel di Dermaga Bom.           Meski Dermaga Bom lebih memadai untuk dijadikan sebagai tempat bongkar muat penumpang dan kendaraan, nyatanya nakhoda kapal masih memiliki persoalan lain. Yaitu masalah peningkatan biaya operasional yang mencapai dua kali lipat. Hal ini wajar, karena jarak dari Dermaga Bom ke Pulau Sebesi lebih jauh.           Jika berangkat dari Dermaga Canti ke Pulau Sebesi, sebuah kapal motor bisa menghabiskan bahan bakar sebanyak 30 liter. Sementara, rute dari Dermaga Bom ke Pulau Sebesi menghabiskan bahan bakar sebanyak 50 liter. Dengan bertambahnya biaya operasional bahan bakar, para nakhoda kapal pun ikut menaikkan ongkos untuk penumpang sebesar Rp5 ribu. “Dana operasionalnya kan membengkak, otomatis ongkos jadi naik juga dong. Sebelumnya Rp20 ribu, sekarang jadi Rp25 ribu. Itu hitungannya untuk satu penumpang dan satu unit kendaraan,” katanya.           Sementara itu, kapal motor yang masih bertahan di Dermaga Canti terpaksa menelan pil pahit. Pendapatan kapal berkurang drastis karena dermaga itu tak bisa memuat penumpang, khususnya kendaraan. Biasanya, sebuah kapal motor yang melakukan perjalan dari Sebesi – Dermaga Canti – Sebesi mampu meraup pendapatan sebesar Rp1 juta - Rp1,5 juta. “Kalau sekarang pendapatan berkurang, hari ini (kemarin’red) saya cuma dapat Rp500 ribu. Berkurang 50 persen dari sebelum roboh,” katanya. Nakhoda kapal juga harus puas menunggu aktivitas bongkar muat yang memakan lebih banyak waktu. Sebelum Dermaga Canti roboh, bongkar muat hanya memakan waktu sekitar 1 jam. Tapi sekarang, waktunya bertambah menjadi 2 – 3 jam. “Mau gimana, jembatannya kan cuma bisa dilewati satu orang. Mau enggak mau harus antre kan, itu yang buat lama. Sekarang ini juga belum banyak warga yang belanja juga, soalnya masih banyak bantuan yang dikirim ke (pulau) Sebesi),” ujarnya Arifin, salah seorang nakhoda kapal. Sebagai nakhoda kapal yang sudah lama menggantungkan mata pencaharian di Dermaga Canti, Arifin berharap pemerintah segera memperbaiki dermaga kebanggaan masyarakat Kecamatan Rajabasa itu. Jika hal itu tak dilakukan, maka akan membuat kehidupan nakhoda kapal menjadi sulit dan mematikan aktivitas perekonomian di Pulau Sebesi. “Harapan kami minimal ada renovasi, lebih bagus ada pembangunan ulang. Saya harap ini harus segera disikapi, karena dermaga (Canti) ini bagian penting. Penunjang perekonomian dan sektor wisata,” katanya. (rnd)  

Sumber: