Waspada, Cuaca Ekstrem Hingga Akhir Januari

Waspada, Cuaca Ekstrem Hingga Akhir Januari

KALIANDA – Masyarakat di wilayah Lampung diminta mewaspadai cuaca ekstrem yang mungkin bisa terjadi selama periode 23 - 30 Januari 2019. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh BMKG Maritim Lampung, dinamika atmosfer terpantau masih memiliki aliran massa udara basah dari Samudera Hindia yang masuk ke wilayah Jawa hingga Kalimantan. Secara bersamaan, kuatnya monsun dingin Asia beserta hangatnya suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia menyebabkan tingkat penguapan dan pertumbuhan awan cukup tinggi. Dari pantuan pergerakan angin juga terdeteksi adanya pertemuan angin yang konsisten dalam beberapa hari terakhir memanjang dari wilayah Sumatera bagian selatan. Secara khusus, BMKG melalui tropical cyclone warning center (TCWC) di pusat tengah memonitor adanya tiga bibit badai tropis di dekat wilayah Indonesia. Salah satu bibit siklon yang saat ini berada di Laut Timor (94S) berpotensi meningkat menjadi siklon tropis dalam 3 hari ke depan. Kondisi itu bisa mengakibatkan potensi cuaca ekstrem berupa angin kencang yang dapat mencapai di atas 25 knot terjadi di wilayah Indonesia, salah satunya wilayah Lampung. BMKG pun meminta masyarakat agar tetap waspada dan siaga dalam menghadapi periode puncak musim hujan 2019. “Khususnya dampak dari curah hujan tinggi yang akan memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang dan angin kencang yang meningkat pada akhir bulan ini,” ujar Kepala BMKG Maritim Lampung, Sugiyono, S.T.,M.Kom saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Rabu (23/1) kemarin. Tidak hanya bencana hidrometeorologi, Sugiyono juga meminta masyarakat dan nelayan yang tinggal di wilayah pesisir juga perlu mewaspadai potensi gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter diperkirakan terjadi barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, dan perairan selatan Banten. BMKG, kata Sugiyono, meminta masyarakat ikut berperan mengawasi kondisi cuaca di daerah masing-masing. Caranya dengan memperbarui informasi cuaca dari BMKG serta instansi terkait untuk memastikan mitigasi bencana hidrometeorologi. “Supaya bisa tahu, karena informasi itu perlu ya. Masyarakat juga bisa paham, bagaimana kondisi di masing-masing wilayah. Dengan begitu, mitigasi bencana dapat dilakukan dengan baik,” katanya. (rnd)

Sumber: