Harga Cabai Turun, Dirjen Hortikultura Turun ke Lampung
Siasati Penurunan Harga, Olah Cabai Menjadi Produk
PENENGAHAN – Rendahnya harga cabai di Lampung Selatan mendapat respons dari Direktorat Jenderal Hortikulutra Kementerian Pertanian (Kementan). Kamis (31/1) kemarin, perwakilan dari Dirjen Hortikultura mengunjungi Desa Tanjung Heran, Kecamatan Penengahan untuk melihat kondisi petani cabai di desa ini. Kedatangan tim Dirjen Hortikultura ke Lampung Selatan juga ingin mencari solusi turunnya harga cabai di kabupaten ini. Penurunan harga cabai hampir merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dipicu oleh waktu tanam yang bersamaan. Staf Teknis Subdit Aneka Cabai Dirjen Hortikultura, Lili Ahmad mengatakan, pemerintah berkeinginan menangani persoalan harga cabai. Ia meminta petani tak melakukan tindakan yang merugikan dengan membuang hasil panen cabai. Menurut Lili Ahmad, akan lebih baik jika hasil panen dimanfaatkan dengan sistem pengolahan. “Kalau dari pusat, penanganannya jangan sampai mubazir. Caranya memanfaatkan panen cabai dengan pengolahan seperti bon cabai, bubuk cabai, sambal cabai. Di saat harga rendah, dia tidak worry,” katanya saat diwawancarai Radar Lamsel. Lili Ahmad mengatakan, jika ada petani yang ingin mengolah hasil panennya, pemerintah siap memfasilitasi dan mempertemukan dengan pihak perusahaan. Dia melanjutkan, bahwa pihaknya siap membantu agar sistem pengolahan tersebut bisa berjalan sesuai rencana. “Sejauh ini di Lampung belum, makanya kami mendorong. Kami juga ingin petani bermitra dengan industri pengolahan. Sebetulnya pemerintah sudah mengarahkan petani agar mereka menyuplai ke perusahaan. Kami memberi jalan, soal kelanjutannya itu urusan pedagang dan perusahaan,” katanya. Lebih jauh Lili Ahmad mengatakan, ada cara lain yang bisa digunakan dalam mengatasi penurunan harga cabai di tingkat petani. Caraya dengan menggelar pasar lelang yang diadakan oleh kelompok tani. Dalam hal ini, lanjut Lili Ahmad, dinas dan instansi terkait harus ikut memfasilitasi. “Diadakan, kemudian difasilitasi oleh Dinas. Jadi yang dibuang itu bukan solusi. Kami akan sampaikan ke dinas untuk pembinaan dan evaluasi tahun sebelumnya dan sekarang,” ujarnya. Langkah selanjutnya adalah mewanti petani untuk mengatur pola tanam antar waktu dan wilayah. Menurut Lili, cara sepeti ini dilakukan agar petani saling mengisi. “Ke depannya agar biaya tidak terlalu tinggi. Kita harus bersaing dengan produk luar negeri dengan biaya produksi agen hayati, pupuk alami, dan ramah lingkungan,” katanya. (rnd)Sumber: