Lemah Pemasaran, Pengrajin Gerabah Butuh Bantuan Pemerintah
NATAR - Sentra kerajinan keramik gerabah di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar hingga saat ini belum menemukan cara yang tepat untuk memasarkan produknya agar penjualan bisa rutin setiap hari. Mulyanah (46), salah satu pengrajin gerabah di Desa Negara Ratu mengungkapkan, pemasaran merupakan hal tersulit baginya sehingga masih sangat membutuhkan bantuan pemerintah. \"Soal pemasaran memang terbilang cukup sulit. Kebanyakan guci kami dijual berdasarkan permintaan toko langganan serta para pengepul yang ada di sekitaran Natar. Sekarang yang sulit pesanan dari luar daerah karena tidak selalu ada. Kami bisa buat banyak tapi jualnya yang kami masih butuh bantuan pemerintah,” paparnya. Menurut Mulyanah, penjualan saat ini masih terbilang sepi apalagi cuaca yang terus menerus hujan membuat produksi juga menurun. \"Karyawan yang bekerja lima orang, biasanya pas sedang ramai bisa sekitar 10 karyawan,\" tuturnya. Mulyanah menambahkan, harga keramik gerabah saat ini paling mahal dibanderol Rp 400 ribu untuk guci ukuran besar kemudian Rp 70 ribu untuk ukuran sedang. Sedangkan paling murah Rp 20 ribu untuk jenis celengan dan piring. “Dalam satu hari kawan-kawan mampu membuat 50 guci. Proses pembuatan guci terbilang cepat kalau cuaca sedang bagus. Maka hanya dalam waktu tiga hari guci sudah bisa dibakar dan dilakukan finishing, tetapi kalau cuaca kurang bersahabat bisa memakan waktu sampai satu minggu atau lebih,” paparnya. Pengrajin keramik gerabah di desa ini berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Selatan bisa terus mendorong dan membuka jalan bagi para pengrajin keramik gerabah agar kerajinan tersebut tidak punah. \"Sekarang memang sedikit lesu karena pemesanan tidak banyak, tetapi kalau ada solusi pemasaran maka saya yakin akan lebih bagus lagi,\" pungkasnya. (CW1)
Sumber: