Demo, Buruh Tuntut Empat Point
Manajemen PTPN VII Akui Defisit Keuangan
BANDAR LAMPUNG - Ratusan buruh sadap PTPN VII unit Bergen menggelar unjuk rasa di kantor PTPN VII Regional Lampung di Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, Kamis (7/2). Unjuk rasa ratusan buruh dikantor PTPN VII di Bandarilampung itu merupakan lanjutan dari aksi di kantor unit Bergen, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan yang tidak menemui titik temu. Pasalnya, pihak PTPN VII unit Bergen hanya memutuskan dua point dari empat permintaan para buruh tersebut. Salah satu orator aksi yang juga buruh sadap Ngadiran (37) meminta perusahaan untuk memikirkan nasib mereka khususnya keterlambatan gaji yang setiap bulan terjadi. \"Kami menuntut agar tidak ada keterlambatan gaji, apalagi sampai gaji dibayar nyicil,\" ungkapnya. Ia mengatakan, pihaknya tidak ada ditunggangi oleh siapapun bahkan aksi tersebut bukanlah bentuk perlawanan kepada perusahaan. \"Demi Allah tidak ada yang menunggangi, kami yang hadir hari ini untuk menuntut hak kami,\" katanya. Sementara itu, Ketua Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU) Yohanes Joko Purwanto meminta perusahaan mengabulkan semua tuntutan buruh karena masih dalam koridor kewajaran. \"Kami tidak punya keinginan lain, cuma hak-hak yang memang harus diberikan kepada buruh yang kami tuntut,\" tuturnya. Ia mengatakan, ada empat tuntutan buruh dari berghen diantaranya masalah keterlambatan gaji, pembayaran BPJS, mutasi pekerja serta sanksi dari keamanan yang dinilai berlebihan. \"Stop memberi sanksi yang diluar prosedur kepada para buruh,\" katanya. Setelah melakukan aksi dua jam lebih, sepuluh utusan karyawan PTPN VII Unit Bergen diterima untuk masuk ke Kantor Direksi di Bandar Lampung melakukan mediasi. Utusan dimotori Anggota DPRD Lampung Selatan Puji Sartono dan lima Kepala Desa (kades) penyangga unit. Sedangkan para keryawan terdiri dari Subandi, Ngadiran dan beberapa yang mewakili masing-masing afdeling. Mereka diterima Sekretaris Perusahaan Agus Faroni, Kabag MKK yang juga Ketua Umum SPPN VII Vedy Pudiansyah, Kabag SDM Sultan Mare, Manajer Unit Bergen Daniel Sholikhin. Agus Faroni mewakili Direksi mengatakan, kedatangan mereka ibarat anak yang mengadu kepada bapaknya. “Terima kasih atas kedatangannya. Ini adalah rumah bapak-bapak semua. Jadi, mari kita berdiskusi sebagaimana anak dan bapak. Dan mari kita mencari solusi atas masalah yang ada dengan hati yang bening dan saling mengerti. Sebab, sebagai anggota keluarga, kita semua tahu kondisi perusahaan,” kata Agus Faroni. Persoalan yang disampaikan para buruh kepada manajemen, kata Agus, sebenarnya adalah masalah bersama. Diskusi untuk menyelesaikan masalah yang dikeluhkan oleh karyawan juga sudah berlangsung di Unit Bergen. “Tetapi, karena masih kurang puas, ya sekalian silaturahmi ke Kantor Direksi. Kami menyampaikan terima kasih. Nggak apa-apa sering datang ke sini, tetapi mungkin dengan cara yang lebih elegan sambil ngopi-ngopi, gitu,” kata Agus. Soal tuntutan karyawan, Agus mengatakan, Direksi sedang pontang-panting berjuang mengatasi defisit keuangan terutama untuk menutup hajat hidup normatif karyawan terutama gaji. “Hari ini Direksi tidak ada di tempat, itu karena terus mencari solusi atas masalah kita. Kami sedang upayakan restrukturisasi utang kami di bank supaya bisa lebih ringan dan juga mencari sumber dana lain supaya gaji dan hak bapak-bapak bisa terpenuhi. Yang pasti, kalau dana sudah ada, tidak ada alasan untuk menunda gaji. Ini bukan alasan yang dibuat-buat. Sebab sebelum kondisi kita begini, tidak ada cerita gaji terlambat. Yakin, hak-hak karyawan tetap dibayar,” kata dia. Mengenai BPJS, Agus menjelaskan, perusahaan telah memenuhi kewajibannya. Bahwa ada masalah klaim yang tertolak, dia menyatakan bukan karena tidak dibayar tetapi ada miskomunikasi pihak rumah sakit dengan BPJS. “Tetapi kalau masih ada kasus yang tertolak, setiap saat kami akan langsung turun tangan. Jadi, tidak ada itu BPJS tidak dibayar,” kata dia. Ketua SPPN VII Vedy Pudiansyah menambahkan, apa yang terjadi saat ini adalah kondisi yang memang tidak dikehendaki. Ada kondisi tidak normal dari pasar komoditas pada beberapa tahun terakhir sehingga PTPN VII mengalami kemunduran sangat besar. “Sepuluh tahun lalu, kita terplanting besar-besaran karet dan sawit. Saat itu, harga karet masih Rp35.000 per kilogram. Pas tanam ulang, harga anjlok hingga di bawah Rp10.000 per kilogram. Selain itu, produksi juga turun karena banyak kebun yang belum berproduksi,” kata Vedy Pudiansyah. Sementara itu, Subandi (35) salah satu karyawan Unit Bergen mengaku memahami kondisi perusahaan sehingga ada kendala pembayaran gaji dan keadaan yang kurang menguntungkan dalam hal penghasilan. Satu hal yang disampaikan Bandi, adalah soal mutasi karyawan yang terasa kurang mempertimbangkan aspek kemanusiaan. “Kami ini lahir, cari makan, dan mungkin mati di Bergen. Walaupun sejak awal kami sudah menanda tangani surat pernyataan bersedian ditempatkan di mana saja, tetapi kalau bisa dipertimbangkan domisili kami. Saya sangat memahami kondisi perusahaan, tetapi tolonglah jangan pisahkan kami dengan keluarga,” kata dia. Ngadiran (37), karyawan lainnya meminta agar perusahaan tidak memberi sanksi kepada karyawan yang terpaksa ikut aksi damai. Ia menginginkan agar hubungan kekeluargaan di Unit Bergen bisa lebih ditingkatkan agar saluran aspirasi karyawan bisa lancar. Menjawab soal mutasi, Agus Faroni menyatakan, setiap upaya perbaikan selalu ada kebijakan yang berpengaruh kepada karyawan. Namun, kata dia, semua kebijakan yang diambil pasti mempunyai tujuan yang positif. “Belum tentu kebijakan yang mungkin dinilai merugikan itu buruk. Bahkan, sangat mungkin ini bagian rencana Allah untuk mengangkat derajat kita. Saya juga pernah mengalami itu,” kata dia. Kepala Desa Purwodadi Dalam Sugino yang turut hadir dalam diskusi itu mengaku penurunan kondisi PTPN VII berpengaruh kepada kehidupan masyarakatnya. Ia mengatakan, sejak PTPN VII kurang sehat, ekonomi warganya ikut melambat. “Ada saja masalah di masyarakat. Dari tipiring, ribut keluarga, dan kerawanan lainnya. Jadi, saya mengajak kita semua untuk mendukung PTPN VII agar bangkit lagi dan masyarakat saya yang kebanyakan bekerja di PTPN VII bisa sejahtera. Sebab, kalau ada keruwetan, ya kami tetap harus terlibat,” kata dia. Anggota DPRD Lampung Selatan Puji Sartono mengaku mendapat mandat untuk menjembatani komunikasi karyawan dengan Direksi. Ia mengaku mengawal karena kewajiban sebagai wakil dari masyarakat. “Pada dasarnya masalah ini sudah disampaikan oleh perwakilan karyawan. Jadi, saya hanya menjembatani. Dan apa yang menjadi aspirasinya adalah sebagaimana tercantum dalam surat yang kami sampaikan kepada manajemen,” kata dia. Hasil dari pertemuan yang dipantau belasan wartawan itu sangat produktif. Kedepan, manajemen PTPN VII berjanji akan lebih maksimal untuk memenuhi hak-hak normatif karyawan, terutama gaji, bukan hanya di Unit Bergen, tetapi di semua unit. Perusahaan juga sepakat untuk memperbaiki komunikasi untuk semua masalah yang timbul dan menafikkan masalah yang telah lalu. “Kami sepakat memperbaiki hubungan komunikasi dan bertekad untuk mengejar produksi sehingga perusahaan sehat kembali,” kata Daniel Solikhin, Manajer Unit Bergen. (CW1)Sumber: