Kiprah Gerobak Sedekah yang Disangka Program Caleg

Kiprah Gerobak Sedekah yang Disangka Program Caleg

Gerobak sedekah bukanlah ide baru. Namun kemunculannya tak patut dicurigai. Sebab tujuannya sebagai penggugah minat sedekah. Motivasinya ‘ siapa pun boleh mengambil, siapapun boleh memberi’. Seberapa besar menfaat kehadirannya? Berikut selengkapnya. Laporan, Veri Dial Aryatama SIDOMULYO. Pagi itu, beberapa menit sebelum matahari bertengger pukul 07.00 WIB. Tampak tiga wanita muda berdiri dipinggir jalan poros Kecamatan Sidomulyo. Didepan Puskesmas Rawat Inap tepatnya. Agak repot mereka kelihatannya membagi-bagikan sebungkus makanan pengganjal perut yang dikeluarkan dari gerobak kuning. Begitu juga sebaliknya, toples besar yang tadinya kosong perlahan sudah mulai terisi oleh makanan dari dermawan yang bersedekah. Dua toples besar disediakan. Fungsinya, yang satu untuk menerima sedekah. Satu lagi untuk membagikan isi sedekah yang didapat. Dapat disimpulkan ketiga wanita muda itu hanya menjadi perantara aktivitas sedekah antara para pelaku sedekah. “ Sekitar 800 bungkus makanan kami bagikan hari ini, itu dari masyarakat untuk masyarakat,” kata operator gerobak sedekah, Yuli (28), Selasa (12/2). Hampir dua minggu sudah aktivitas gerobak sedekah berlangsung di Kecamatan Sidomulyo. Meski sempat dicurigai sebagai program Calon Legislatif (Caleg) namun pelan-pelan stigma negatif itu mulai hilang. “ Pas hari pertama mulai sempat ada yang mengira ini program salah satu caleg untuk meraup simpatisan dari masyarakat sebagai pemilik suara. Tapi kalau sekarang masyarakat sudah tahu tujuan utamanya bukan itu,” ungkap wanita berbalut masker diwajah itu. Tentu tak ada paksaan dari para operator gerobak sedekah. Mereka memilih fleksibel. Apapun yang masuk hari itu dibagikan dihari itu juga. Tak ada standardisasi yang diwajibkan untuk penerima maupun pemberi. “ Siapapun boleh menerima dan memberi. Makanan apapun selama dapat dikonsumsi, akan kami bagikan habis dihari yang sama. Nggak ada istilah harus makanan ini harus makanan itu,” paparnya. Kegiatan beraroma dakwah ini dapat dijumpai di Desa Sidorejo Kecamatan Sidomulyo. Dijantung keramain kecamatan itu. Kegiatan dimulai pukul 06.30 WIB pagi sampai pukul 09.00 WIB. dr. Wahyu Wibisana penggagasnya. Dokter asal Sidomulyo ini pun tak menampik gagasan positifnya itu sempat dicurigai sebagai program caleg. Namun hal itu dibantah dan dijelskan motivasinya hanya untuk bersedekah. “ Saya melihat di pagi hari, saat semua mulai beraktivitas. Tidak sedikit ayah dan ibu dari anak-anak kita mulai mencari rejeki sampai lupa mengisi perut. Mungkin tak sempat masak atau bahkan tak ada yang bisa dimasak,” ujar dr. Wahyu. Bergelut dibidang kesehatan tentulah dokter yang gemar bermotor ini tahu banyak. Bahwa tubuh memerlukan energi untuk menyalurkan metabolisme ke seluruh organ secara sinergis. “ Salah satu tujuannya adalah menularkan virus dakwah dan menjaga kesehatan masyarakat juga pastinya. Gagasan ini hanya pijakan kecil untuk memupuk toleransi sesama manusia,” terangnya. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lamsel ini berharap gerobak sedekah tak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat Sidomulyo saja. Ia bahkan membayangkan di 17 kecamatan yang ada di Lamsel juga dapat ditemukan perantara semacam ini. Akan lebih elok kata dia bila penularan gerobak sedekah ini menjamah dan menjamur di Provinsi yang terkenal dengan kopi dan tapisnya ini. Oya, bicara gerobak sedekah bakal menyajikan kopi panas tiap paginya. Begitu kata dokter Wahyu menerima masukan dari masyarakat sekitar. (*) (lebih…)

Sumber: