Upacara Melasti Sucikan Diri dan Alam Jagat Raya

Upacara Melasti Sucikan Diri dan Alam Jagat Raya

Hari raya Nyepi merupakan hari raya besar bagi umat Hindu. Perayaan hari raya Nyepi tahun saka 1938 pada tahun ini jatuh pada tanggal 9 Maret 2016. Namun sebelum puncak hari raya, umat Hindu melaksanakan upacara rangkaian perayaan Nyepi. Bagaimana rangkaiannya, berikut laporannya. Laporan Nyoman Subagio, KETAPANG Hari raya Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Dimana pada hari ini umat Hindu melakukan Catur Brata Penyepian atau melaksanakan Samadhi pembersihan diri lahir batin. Sebelum melaksanakan Catur Brata Penyepian, umat Hindu melaksanakan prosesi upacara beberapa tahap. Yakni, melaksanakan upacara Melasti atau disebut juga Mekiyis. Selanjutnya upacara Bhuta Yajna, puncak perayaan Nyepi dan Ngembak Geni. Pada proses upacara Melasti atau Mekiyis, pelaksanaanya tiga hari sebelum puncak perayaan hari raya Nyepi. Dihari ini, seluruh perlengkapan persembahyangan yang ada di Pura diarak ketempat-tempat yang mengalirkan dan mengandung air seperti laut, danau dan sungai. Karena laut, danau dan sungai adalah sumber air suci (tirtha amertha) dan bisa membersihkan dan menyucikan dari segala kotoran yang ada didalam diri manusia dan alam. Upacara Melasti di Kecamatan Ketapang di pusatkan di Pura Segara Batu Putih, Desa Ketapang, Kecamatan Ketapang, Minggu (6/3). Sejak pagi hari, umat Hindu di kecamatan ini mulai berdatangan membawa perlengkapan upacara untuk melakanakan proses upacara Melasti untuk disucikan. Menurut Wayan Sude, S.Pd, tokoh umat Hindu di Kecamatan Ketapang, Melasti adalah upacara Yajnya yang bermakna untuk menghilangkan kekotoran diri dan juga dilaksanakan untuk kesucian alam jagat raya. Ini yang disimbolisasikan dengan labuhan sesaji atau upacara Yajnya ke laut serta menyucikan seluruh arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud atau sthana Ida Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasi-Nya. “Prosesi upacara Melasti atau Mekiyis bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber atau mata air yang disucikan,” katanya kemarin. “Hasil rapat para tokoh-tokoh Umat Hindu di Kecamatan Ketapang beberapa waktu lalu, upacara Melasti dipusatkan di Pura Segara Batu Putih, Desa Ketapang, Kecamatan Ketapang. Bahkan pelaksanaan Melasti di pura terbesar di Kecamatan Ketapang ini di ikuti juga Umat Hindu dari luar kecamatan seperti Kecamatan Sragi,” kata Wayan Sude. Lebih lanjut Wayan Sude mengatakan, upacara Melasti merupakan rangkaian awal sebelum merayakan puncak Hari Raya Nyepi tahun Saka 1938 yang tahun ini jatuh pada tanggal 9 Maret mendatang. Menurut ajaran Hindu, lanjutnya, Perayaan Hari Raya Nyepi jatuh setiap hitungan Tilem Kesanga (IX). “Setelah melaksanakan Melasti, rangkaian berikutnya adalah upacara Bhuta Yajna. Upacara ini dilaksanakan sehari sebelum hari raya Nyepi. Upacara ini mempunyai makna pengusiran terhadap roh-roh jahat dengan membuat hiasan atau patung yang berbentuk atau menggambarkan Buta Kala (Raksasa Jahat) dalam bahasa bali-nya disebut Ogoh-ogoh,” tutur tokoh umat Hindu di Ketapang ini. Wayan menjelaskan, puncak hari raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Geni (Tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu). Amati Karya (Tidak melakukan kegiatan kerja jasmani, melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani). Amati lelungan (Tidak bepergian melainkan mawas diri, sejenak merenung diri tentang segala sesuatu yang kita lakukan). Amati Lelanguan (Tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi). “Brata ini dilaksanakan selama 24 jam,” jelas Wayan Sude yang pernah menjabat sebagai pengurus PHDI Lamsel ini.(*)

Sumber: