Lumbung Pangan Diteror Banjir

Lumbung Pangan Diteror Banjir

Tanggul Jebol 700 Ha Sawah Terendam

KALIANDA – Tanggul jebol pada aliran Sungai Way Katibung akibat hujan deras membawa petaka bagi petani di Kecamatan Candipuro, Way Sulan dan Way Panji. Ratusan hektare tanaman padi di tiga wilayah itu baru mulai ditanami kini terendam banjir, sejak Selasa (7/1) malam. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Lamsel, sedikitnya 500 hektare areal persawahan khususnya Desa Sinar Pasemah, Beringin Kencana dan Banyumas Kecamatan Candipuro tergenang air. Musibah ini terjadi akibat tanggul jebol pada aliran Sungai Way Sekampung yang panjangnya ditafsir sekitar 50 meter. Kepala Bidang Tanaman Pangan DTPHP Lamsel Mugiyono, SP mengatakan, dari 50 hektare areal persawahan yang terendam banjir dipastikan kurang dari 100 hektare sawah yang baru ditanami padi. Sisanya, masih dalam tahap persiapan lahan untuk siap ditanam pada musim rendengan tahun ini. “Ya, memang benar luasan lahan sawah yang kebanjiran di Candipuro sekitar 500 hektare. Tetapi, yang sudah ada padi atau baru ditanami kurang dari 100 hektare. Petugas sudah melakukan pengecekan dan pendataan dilapangan. Ada tiga desa yang terdampak banjir lahan pertanian itu di Candipuro,” ungkap Mugiyono, Rabu (8/1) kemarin. Dia menjelaskan, tanaman padi para petani yang terendam banjir masih bisa diselamatkan jika air cepat surut. Namun, apabila lebih dari tiga hari terendam maka dapat dipastikan sawah petani rusak dan gagal tanam. “Padi masih berumur 7 hari. Kalau tiga hari terendam air secara keseluruhan maka tanamannya busuk dan mati. Mudah-mudahan, aliran pembuangan air lancar dan airnya cepat surut. Itu juga kalau tidak ada hujan lagi,” terangnya. Saat disinggung mengenai kerugian yang dialami petani, Mugiyono merincikan, estimasi biaya tanam padi mulai dari persiapan lahan tanam ditafsir mencapai Rp1.250.000 per hektare. “Jadi tinggal dikalikan berapa hektare yang mati. Itu total kerugian yang dialami petani,” pungkasnya. Beberapa desa di Candipuro kerap terendam jika tanggul gagal menahan hantaman air. Selain Desa Sinarpasemah, Desa Cintamulya, Beringinkencana hingga Desa Banyumas kerap jadi bulan-bulanan banjir. Situasi ini menyulut reaksi Anggota DPRD Provinsi Lampung, Antoni Imam. Kemarin, Politisi PKS asal Sidomulyo itu kedapatan terjun langsung ke lokasi tanggul jebol yang memisahkan Lamsel dengan Kabupaten Lampung Timur. “ Akibat tanggul jebol ini lebih dari 300 hektar sawah terendam.  Kondisi saluran air berbelok, jenis tanah yang tidak tepat diantara sebab tanggul ini jebol. Harus ada evaluasi menyeluruh agar pembangunan kembali tanggul ini lebih kuat,” tulis Antoni Imam via laman facebooknya. Untuk diketahui, tanggul yang jebol itu sejatinya sudah diperbaiki medio 2018 silam dengan menyedot APBN miliaran rupiah. Perbaikan tanggul dimulai pada saat Zainudin Hasan masih aktif memimpin Lampung Selatan. Pada bagian lain, tepatnya di Desa Purwodadi Kecamatan Way Sulan sebanyak 200 hektar sawah petani tergenang banjir. Penyebabnya sama, akibat luapan Way Katibung serta tanggul yang tak maksimal menanggulangi debit air. Petani Desa Purwodadi Marsono (50) mengatakan, tiga hari belakangan intensitas hujan cukup tinggi diwilayah Kecamatan Waysulan. Sehingga, air yang berada di sungai Waykupang Hilir meluap. “ Derasanya arus air di sungai Waykupang, mengakibatkan tanggul jebol akibat tidak kuat menahan arus sungai,” kata Marsono. Sehingga, air sungai Waykupang Hilir meluap dan merendam ratusan hektar tanaman padi milik petani sekitar. Oleh hal tersebut, petani sekitar terpaksa menghentikan atifitas tani untuk sementara menunggu sampai air surut. “ Ya, sudah begini petani hanya bisa menunggu dan berharap banjir segera surut serta berharap, tanaman padi yang baru memasuki umur 15-30 hari tidak mati karena membusuk terendam banjir,” ucapnya. Dijelaskan, banjir yang merendam ratusan hektar tanaman padi milik petani sekitar disebabkan oleh luapan sungai Waypatok serta jebolnya irigasi yang berad di lokasi sawahnya. “ Banjir merendam ratusan hektar tanaman padi ini karena tanggul irigasi jebol dan sungai Waypatok meluap akibat hujan deras,” sebut dia. Camat Waysulan Munir, SE yang sempat meninjau lokasi tanggul jebol di Desa Purwodadi bersama jajaranya mengatakan, terkait musibah banjir tersebut akan diupayakan perbaikan. “ Banjir ini merupakan musibah alam yang sulit dihindari, untuk itu upaya kami (Kecamatan’red) akan mendata dan melaporkan hal tersebut kepada pemerintah. Berharap, agar segera ada perbaikan,” kata Munir. Sementara, Kepala UPT Konstruksi dan Pembangunan Kecamatan Waysulan gembong mengatakan, pihaknya sudah mengutus salah seorang petugas untuk cek kelokasi. “ Data sementara, tanggul Waykupang Hilir jebol sepanjang 20 meter dengan lebar punggung gajah empat meter,” kata Gembong. Kemudian sambungnya, terkait penyebab tanggul jebol adalah tersumbat oleh material sampah dari hulu sungai sehingga menyumbat pintu air ya berada di hilir yang berada di tanggul Way Katibung. “ Selain itu, pintu air yang berada di Way Katibung rusak sehingga menambah parah sumbatan saluran air sungai dari hilir menuju hulu sungai,” jelasnya. Banjir terus meneror petani di Lamsel, tak hanya dua kecamatan diatas yang terancam gagal panen. Di Kecamatan Way Panji juga demikian, sebanyak 100 hektar lahan persawahan turut terdampak banjir. Tak kurang dari 50 hektar tanaman padi di Desa Sidoharjo yang berumur rata-rata 15-30 hari juga terancam mati membusuk. Banjir tak hanya meneror lumbung pangan. Selasa malam lalu, pemukiman di Kecamatan Sidomulyo juga terendam banjir. Ada empat desa yang terendam kala itu, Desa Sidodadi, Sidomulyo, Sidorejo dan Seloretno. “ Beberapa rumah sempat dipenuhi air akibat luapan Kali Kalang. Tetapi pada Rabu pagi air sudah kembali surut hanya saja banjir memberi imbas kepada warga yang rumahnya terdampak banjir,” ujar Rahmat warga Sidodadi. (idh/CW2)

Sumber: