Kucing-Kucingan Petani dengan Nelayan

Kucing-Kucingan Petani dengan Nelayan

PALAS – Kucing-kucingan antara petani dan nelayan sungai di Desa Bandan Hurip, Kecamatan Palas hingga saat ini masih terus terjadi. Musababnya, marak pemasangan cadong atau perangkap ikan di pintu air persawahan yang dilakukan oleh nelayan itu. Ditengarai memicu banjir di lahan persawahan Desa Badan Hurip. Ulah nelayan  tentu saja merugikan petani, sebab banjir yang merendam 350 hektar sawah hingga kini tak kunjung surut karena pintu air yang selalu dibuka oleh nelayan ketika Way Pisang sedang meluap. Peristiwa ini bukan tidak mungkin dapat menimbulkan pertikaian antara petani dan nelayan. Petugas pengairan Kecamatan Palas juga belum mampu menertibkan ulah nakal nelayan tersebut. Padahal pemasangan cadong di musim penghujan ini sudah lebih dari sepuluh tahun. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Sejahtera, Desa Bandan Hurip, Karyadi mengungkapkan, pemasangan cadong yang dilakukan oleh nelayan ini selalu terjadi setiap datang musim hujan. Selalu menjadi keluhan petani setiap tahun, sebab menjadi pemicu banjir. “Selama dua pekan ini pemasangan cadong di pintu air kembali marak di wilayah persawahan Lebung Bedug. Dan selalu dikeluhkan petani karena menjadi pemicu banjir,” ujar Karyadi memberikan keterangan kepada Radar Lamsel saat ditemui di wilayah persawahan, Rabu (22/1). Karyadi menuturkan, para nelayan sengaja memasang cadong  tepat di pintu air. Kemudian pada malam hari, ketika Sungai Way Pisang sedang naik pintu air akan dibuka untuk menggiring ikan masuk ke dalam perangkap. Ulah nelayan ini tentu sangat merugikan petani, pintu air yang selalu dibuka menyebabkan air dari Sungai Way Pisang masuk ke wilayah persawahan. “Tentu saja sangat merugikan petani. Karena air sungai tidak pernah berhenti masuk ke wilayah persawahan, berapa kubik air yang masuk. Bahkan hingga saat ini 350 hektar sawah yang terendam banjir belum juga surut. Bahkan saluran irigasi tersiser dari program Serasi kemarin juga ikut terendam,” tuturnya. Pemasangan cadong ini, lanjut Karyadi, selalu medapat pengawasan dari pihaknya, namun tidak pernah membuahkan hasil. Pasalnya para nelayan juga berakasi seperti kucing-kucingan. “Saat ini sekitar sepuluh cadong yang dipasang. Kami juga sudah melakukan pengawasan dan menegur nelayan tapi enggak pernah berhasil. Pasalnya nelayan seperti kucing-kucingan, kalau petani ada disawah para penangkap ikan tidak ada. Dan begitu juga sebaliknya,” paparnya. Karyadi berharap, perilaku nelayan ini juga dapat ditertibkan oleh petugas pintu serta pengamanan dari pihak keamanan dari Kecamatan Palas, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan perselisihan antara petani dan nelayan. “Tak jarang petani yang sudah geram sengaja melepas atau menyobek cadong, bahkan ada yang dibakar. Tapi tetap saja keesokan harinya dipasang yang baru, saya juga hawatir dapat menimbulkan keributan. Harapan petugas pengairan dan Bhabin kantibmas dapat melakukan penertiban,” harapnya. Sementara itu Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Konstruksi dan Bangunan Kecamatan Palas, Slamet menjelaskan, pemasangan cadong itu memang sudah ada lebih dari sepuluh tahun, setiap musim penghujan. Pihaknya juga sudah melakukan pengawasan bahkan mengunci pintu air, dan juga tidak membuahkan hasil dan tetap terjadi hingga saat ini. “Sudah bertahun-tahun pemasangan cadong ini berlangsung.  Kami gembok pintu air supaya tidak dibuka, gemboknya malah dilepas,” pungkasnya. (vid)

Sumber: